Menikmati Pagi di Pantai Bira (2-habis)


PANTAI BIRA. Pengunjung menikmati pagi di Pantai Bira, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Ahad, 09 Juni 2019. (Foto: Asnawin Aminuddin / PEDOMAN KARYA)






----
PEDOMAN KARYA
Senin, 10 Juni 2019


Menikmati Pagi di Pantai Bira (2-habis)


Penulis: Asnawin Aminuddin
(Wartawan Majalah PEDOMAN KARYA)

Penulis pun turut menikmati pagi di Pantai Bira, Ahad, 09 Juni 2019. Penulis bahkan sempat menikmati suasana laut dengan berjalan ke tengah laut hingga kurang lebih 100 meter dari bibir pantai, sendirian, hingga ketinggian air laut sebatas leher.

Yang berkesan saat berada di kedalaman air sebatas leher yaitu ketika ombak menggulung dari tengah laut ke bibir pantai dan penulis melompat kecil mengikuti ketinggian ombak agar kepala tidak tenggelam.

Sesekali juga merasakan sensasi berada bawah permukaan air saat ombak menggulung dan badan kita terasa dihantam gulungan ombak.

-----
Artikel terkait:

Menikmati Pagi di Pantai Bira (1)

------

Ketika matahari sudah mulai meninggi melewati batas dedaunan pohon-pohon tertinggi di perbukitan dan penulis masih menikmati kesendirian di tengah laut, seorang pengemudi perahu sewaan langsung.

“Pak, jangan terlalu jauh ke tengah laut, bahaya. Kalau mau ke tengah laut sejauh ini, harus pakai baju pelampung,” katanya kepada penulis saat perahunya melintas.

Penulis hanya tersenyum sebagai tanda terima kasih, tapi setelah itu penulis segera berbalik dan perlahan-lahan berjalan ke bibir pantai.

Namun karena godaan untuk merasakan sensasi hantaman ombak begitu kuat, penulis sengaja memperlambat langkah bahkan sekali-sekali berbalik dan melangkah kembali ke tengah laut.

Tertusuk Landak Laut

Saat berbalik untuk ke sekian kalinya, tiba-tiba terasa ada sesuatu yang menusuk di telapak kaki kiri dan terasa sangat perih.

Penulis mencabut tanpa melihatnya karena memang tidak mungkin bisa melihatnya, tapi rasa perih itu tetap terasa.

Tiba di pinggir pantai, penulis langsung bertanya kepada beberapa orang dan mereka menjelaskan bahwa itu adalah tusukan bulu babi (landak laut, tapi warga setempat menyebutnya bulu babi).

Untuk mengobatinya, mereka menyarankan agar penulis langsung (maaf) mengencingi telapak kaki yang tertusuk duri landak laut tersebut.

Penulis kemudian berjalan tertatih-tatih sambil menahan rasa perih menuju jejeran kios makanan dan minuman yang bersandar di kaki perbukitan.

Dibantu oleh pemilik salah satu kios dan pengunjung kios, penulis kemudian menyiram telapak kaki yang tertusuk duri landak laut.

Setelah itu, sesuai petunjuk yang diperoleh dari Google, penulis memukul-mukul telapak kaki yang ada tusukan duri landak laut dengan menggunakan batu karang. Pukulan dengan batu tersebut bertujuan untuk meremukkan duri yang sudah menancap masuk ke dalam kulit telapak kaki.

“Jangan dikorek-korek pak, tidak usah dicabut, dikencingi saja, karena nanti dirinya akan menyatu dan berubah menjadi tulang. Kalau dikorek-korek, telapak kaki bapak pasti akan rusak dan bopeng,” kata ibu separuh baya pemilik kios tersebut yang langsung dibenarkan beberapa orang.

Setelah merasa agak nyaman, penulis kemudian pamit dan berterimakasih kepada pemilik kios dan pengunjung yang ada, serta langsung kembali ke villa. Saat tiba di villa, jam sudah menunjukkan pukul 10.00 Wita. ***

-----
Baca juga:

Pusat Oleh-oleh Tanjung Bira Bulukumba Jajakan Produk Khas Daerah se-Sulsel

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama