Ajiep Padindang dan Ubi Goreng


UBI GORENG. Ajiep Padindang menyantap ubi jalar goreng lengkap dengan sambel tomat dan terasi, serta segelas kopi campur jahe sachet, di kediaman pribadinya di Makassar, Kamis pagi, 28 Mei 2020. (Dokumentasi pribadi)






--------
PEDOMAN KARYA
Kamis, 28 Mei 2020


Ajiep Padindang dan Ubi Goreng



Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Daerah Pemilihan Sulawesi Selatan, Ajiep Padindang, memposting tulisan ringan di akun Facebook-nya, Kamis, 28 Mei 2020.

Tulisan ringan itu ia beri judul, “Ketahanan Pangan Keluarga”. Postingan itu sebenarnya biasa-biasa saja, tapi menjadi menarik karena “menerpa” pikiran dan perasaan orang-orang Bugis – Makassar pada umumnya. Karena isi tulisannya menyangkut ubi jalar, ubi kayu alias singkong, dan kehidupan petani.

Saya pun tertarik dengan tulisan itu, tapi yang membuat saya lebih tertarik lagi karena di awal tulisannya, Ajiep menyebut Desa Masago. Kenapa saya tertarik? Karena Desa Masago adalah desa lokasi Kuliah Kerja Nyata (KKN) saya pada tahun 1990.

Ya, saya sebagai mahasiswa Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Ujungpandang (sekarang Fakultas Ilmu Keolahragaan / FIK, Universitas Negeri Makassar / UNM), bersama seratusan mahasiswa lintas fakultas IKIP Ujungpandang lainnya melaksanakan KKN di Kecamatan Salomekko, Kabupaten Bone, pada tahun 1990.

Saya bersama sekitar 20 mahasiswa lainnya kebetulan ditempatkan di Desa Masago, dan ternyata Ajiep Padindang menghabiskan masa kecilnya di Desa Masago. 

Waktu itu, saya bersama beberapa teman tinggal di rumah seorang pemilik bengkel sepeda motor. Kalau tidak salah namanya Andi Mappamiring, dan akrab disapa Petta Miring.

Saya juga baru tahu dari tulisan ringan mantan Anggota DPRD Sulsel itu di Facebook, bahwa ternyata Desa Masago kini masuk dalam wilayah Kecamatan Patimpeng. Dulu, waktu kami melaksanakan KKN, Patimpeng adalah juga salah satu desa di Kecamatan Salomekko.

Lokasi Desa Patimpeng ketika itu terletak di jalan tembus dari Masago ke ibukota Kecamatan Salomekko. Jalanannya belum begitu bagus. Hanya jalan pengerasan dan sudah rusak berat. Jalanannya berbatu-batu, sehingga kalau kita naik pete’-pete’ (angkot) dari Masago ke Salomekko atau sebaliknya, pete’-pete’ seolah-olah berjoget-joget.

Namun karena kami selalu dalam suasana gembira sebagai mahasiswa KKN, jalanan berbatu-batu itu justru membuat kami menikmatinya sebagai sebuah sensasi atau hiburan karena kami seperti berjoget-joget di dalam pete’-pete’.

Kami sama sekali tidak merasakannya sebagai siksaan, tapi menikmatinya sebagai hiburan, ha..ha..ha... Sungguh kenangan manis yang luar biasa.

Kenangan Luar Biasa

Ajiep Padindang pun mengaku punya kenangan luar biasa pada masa kecilnya di Desa Masago. Pria kelahiran Bone, 30 September 1959, dengan nama asli H Andi Jamaluddin P, menceritakan bahwa ia dididik sebagai anak petani dalam keluarga yang religius agraris.

Sebagai anak petani, Petta Lolo–sapaan akrab Ajiep Padindang–mengaku harus bisa mengandalkan kemampuan diri sendiri.

Pagi hari jika tidak ke sekolah, ia menyiangi ubi jalar atau ubi kayu, sambil mencabut dan bakar-bakar ubi yang sudah ada pada onggokan sekam. Begitu ubinya matang, maka disiapkanlah sambel berupa garam dan lombok biji dengan jeruk nipis atau gula merah.

“Matahari pagi, sekitar jam 07.00 - 09.00, memang bagus sekali untuk tubuh dalam pandangan kesehatan sekarang ini, tapi bagi kami yang petani, bagusnya karena tenaga masih bugar. Maka begitu selesai makan ubi, kami langsung turun lagi ke ladang atau ke sawah,” ungkap Ajiep.

Pada Kamis pagi, 28 Mei 2020, di kediaman pribadinya di Makassar, istrinya menyiapkan bahan sarapan dan menyajikan ubi jalar goreng, lengkap dengan sambel tomat dan terasi, serta segelas kopi campur jahe sachet.

Juga ada segelas air hangat campur madu satu sendok. Istrinya sendiri menyiapkan jus pepaya untuk ia minum sendiri. Dan mereka berdua pun menikmatinya sembari berdiskusi ringan.

“Ketahanan pangan keluarga. Ini tema besar yang sudah lama saya lempar walau dengan berbagai versi bahasan. Tujuannya menuju ketahanan ekonomi keluarga, dan itu harus dimulai dari diri sendiri dan keluarga sendiri,” kata Ajiep yang juga pernah menjadi wartawan dan seniman sebelum terjun ke kancah politik sebagai politisi Partai Golkar. (asnawin)

-------
Artikel terkait Ajiep Padindang:






Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama