Tujuh Negara Berpartisipasi dalam Festival Aksara Lontaraq 2020


TUJUH NEGARA berpartisipasi dalam Festival Aksara Lontara 2020, yakni Belanda, Malasyia, Singapura, Australia, Selandia Baru, Rusia, dan Indonesia sebagai tuan rumah. Para peserta dari enam negara luar tersebut berpartisipasi pada acara peluncuran Festival Aksara Lontaraq yang dilaksanakan secara virtual, Kamis, 25 Juni 2020, di tengah situasi pandemi Covid-19. (ist)




--------

Ahad, 28 Juni 2020


Tujuh Negara Berpartisipasi dalam Festival Aksara Lontaraq 2020


MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Tujuh negara berpartisipasi dalam Festival Aksara Lontara 2020, yakni Belanda, Malasyia, Singapura, Australia, Selandia Baru, Rusia, dan Indonesia sebagai tuan rumah.

Para peserta dari enam negara luar tersebut berpartisipasi pada acara peluncuran Festival Aksara Lontaraq yang dilaksanakan secara virtual, Kamis, 25 Juni 2020, di tengah situasi pandemi Covid-19.

Peluncuran Festival Aksara Lontaraq yang pertama ini ditandai dengan peluncuran logo secara virtual yang diringi pukulan gendang Tunrung Pakanjjara oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI, Muhammad Syarif Bando, didampingi Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan Mohammad Hasan Sijaya, dan Founder CEO KGI Network Upi Asmaradhana, di Lt 2 Gedung Layanan Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan.

Festival Aksara lontaraq Tahun 2020 lewat virtual dengan aplikasi zoom dipandu MC komika Baba Ong, dan Duta Baca Sulsel Rezky Amalia Syafiin. Sebanyak 30-an undangan hadir langsung di lokasi acara, sedangkan ratusan peserta lainnya, termasuk dari mancanegara, mengikuti acara peluncuran secara virtual.

Acara yang dikemas dalam protokol kesehatan Covid-19 ini juga diikuti Gubernur Sulsel diwakili Sekda Abdul Hayat Gani, Ketua DPRD Sulsel Andi Ina Kartika Sari,  Prof Nurhayati Rahman (Pakar Filologi dan Naskah La Galigo), Sharyn Graham Davies PhD (Associate Professor Sekolah Bahasa dan Ilmu Sosial, Universitas Teknologi Auckland, Selandia Baru), Alwi bin Daud MA cand PhD (University Malaya, Malasyia), dan Dr Kathryn Wellen (Researchers di KITLV Leiden University, Belanda).

Acara ini juga dihadiri sejumlah tokoh budayawan, akademisi serta masyarakat peduli lontaraq, antara lain Yudistira Sukatanya, Rusdin Tompo (mantan Ketua KPID Sulsel), penulis sekaligus novelis Idwar Anwar, serta pustakawan senior Syahrudin Umar dan Heri Rusmana.

Panitia Festival Aksara Lontaraq 2020, Upi Asmaradhana (Founder dan CEO KGINetwork) dalam sambutannya mengatakan, festival ini adalah sebuah gerakan kebudayaan yang disebutnya sebagai gerakan gotong royong.

Aksara lontaraq, katanya, merupakan aset terbesar yang dimiliki Sulsel, dan bisa menjadikan identitas budaya Sulsel di masa-masa yang akan datang.

“Gagasan dari festival ini untuk menjaga anak-anak dan budaya kita. Kita juga berharap, festival ini bisa menjadi event tahunan ke depannya,” kata Upi.

Kepala Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Provinsi Sulsel, Hasan Sijaya, di awal sambutannya dengan aksen dan tutur Bahasa Makassar mengatakan, “Pappasang battu ri Mangkasara’, salama’ki’ kepada peserta.”

“Pada abad ke-16 sampai abad ke-20 Masehi, aksara ini masih di jajaran Sulsel, namun penerapannya terbatas dalam kehidupan sehari-hari. Hal yang menarik disini, leluhur kita dulu, sebelum memberikan pesan ke anak-cucunya, ketika ingin merantau ke suatu daerah, pesannya adalah jaga harkat dan martabatmu, melalui pappasang aksara lontaraq,” tutur Hasan Sijaya. (asnawin)


------
Berita terkait:

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama