Dia Sudah Gadaikan Hidupnya kepada Pengutang

“Rumah dan seluruh asetnya jadi jaminan. Pihak pengutang juga bebas membangun apa saja di areal tanah milik keluarga tersebut, termasuk menguasai areal sawah dan kebun, serta empang mereka. Dan semua permintaan pengutang harus dipenuhi, termasuk mendatangkan pekerja kebun, sawah, dan empang,” tutur Daeng Tompo’.




--------- 

PEDOMAN KARYA

Selasa, 08 Juni 2021

 

Obrolan Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:

 

 

Dia Sudah Gadaikan Hidupnya kepada Pengutang

 

 

“Bagaimana pendapatta’ kalau ada sebuah rumah tangga, yang suami istri dari rumah tangga itu memiliki banyak utang dan pendapatan mereka tidak cukup untuk membayar utang, bahkan untuk membayar bunga utang itu mereka sudah setengah mati?” tanya Daeng Tompo’ kepada Daeng Nappa’ saat jalan-jalan pagi seusai shalat subuh berjamaah di masjid.

“Mungkin adaji tawwa aset dan pendapatan tambahanna yang bisa dipakai untuk bayar utang,” kata Daeng Nappa’.

“Adaji memang, tapi itu masih jauh dari cukup untuk membayar utang. Ironisnya, bukannya menghemat pengeluaran, mereka malah senang berbelanja sesuatu yang tidak penting atau tidak mendesak seperti membeli mobil untuk semua anggota keluarga dan membangun villa untuk keluarga,” kata Daeng Tompo’.

“Jadi apami na andalkan untuk membayar utang?” tanya Daeng Nappa’.

“Rumah dan seluruh asetnya jadi jaminan. Pihak pengutang juga bebas membangun apa saja di areal tanah milik keluarga tersebut, termasuk menguasai areal sawah dan kebun, serta empang mereka. Dan semua permintaan pengutang harus dipenuhi, termasuk mendatangkan pekerja kebun, sawah, dan empang,” tutur Daeng Tompo’.

“Ka bunuh diri namanya itue,” tukas Daeng Nappa’.

“Artinya, dia sudah gadaikan hidupnya kepada pengutang dan secara tidak langsung mereka sesungguhnya sudah dijajah,” tanya Daeng Tompo’.

“Mudah-mudahan tidak ada rumah tangga yang seperti itu,” kata Daeng Nappa’.

“Bagaimana kalau ada negara yang seperti itu?” tanya Daeng Tompo’.

“Tidak bisa kubayangkan kurasa. Kasianna itu pemerintah dan rakyatnya. Kasihan karena sebagian besar pendapatan negara, termasuk dari pajak, harus dipakai bayar utang, dan harus memangkas banyak anggaran dan itu pasti berdampak kepada pembangunan, gaji dan tunjangan pegawai pemerintah, dan terhadap kesejahteraan rakyat,” tutur Daeng Nappa’.

“Dan itulah yang terjadi pada beberapa negara di dunia,” kata Daeng Tompo’.

“Kasianna itu,” kata Daeng Nappa’ sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. (asnawin)

 

@TettaTompo

Gowa, Selasa, 08 Juni 2021

-----

Obrolan sebelumnya:


Presiden Salah Sebut, Menteri Salah Tulis

Arab Saudi Belum Keluarkan Pengumuman, Indonesia Sudah Batalkan Pemberangkatan Haji

Indonesia Tidak Dapatki Kuota Haji Tahun Ini Kodong

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama