Langngapako Antu, Fahmi!

Sekali waktu, saya dan Fahmi Syariff bersama-sama di Tamalanrea. Aktivitas di Baraya - Jalan Sunu, 1980-an, sudah mulai ditinggalkan sejak berfungsinya kampus Unhas yang baru. Kami sedang mengikuti kuliah “Analisis Puisi Haiku” (Kajian Ilmu Perbandingan Puisi Dunia, khusus Jepang) dari dosen Hamzah DaEng Mangemba. Tugas baca apresiasi yang telah diberikan akan didiskusikan hari itu. 


 


-----

PEDOMAN KARYA

Kamis, 24 21 November 2022

 

Dari Kampung ke Kampus Bersama Fahmi Syariff (3):

 

 

Langngapako Antu, Fahmi!

 

 

Oleh: Mahrus Andis

(Sastrawan, Budayawan)

 

Sekali waktu, saya dan Fahmi Syariff bersama-sama di Tamalanrea. Aktivitas di Baraya - Jalan Sunu, 1980-an, sudah mulai ditinggalkan sejak berfungsinya kampus Unhas yang baru. Kami sedang mengikuti kuliah “Analisis Puisi Haiku” (Kajian Ilmu Perbandingan Puisi Dunia, khusus Jepang) dari dosen Hamzah DaEng Mangemba. Tugas baca apresiasi yang telah diberikan akan didiskusikan hari itu. 

Masing-masing mahasiswa yang lebih 20 orang dari beberapa subjurusan itu dibagi menjadi dua kelompok. Saya kelompok A dan Fahmi bergabung di kelompok B. Setelah kelompok saya selesai memaparkan hasil pembacaan, tiba giliran kelompok B yang diwakili Fahmi Syarif.

Seperti biasa, Fahmi selalu tampil dengan karakter teatrikal; mencari posisi keseimbangan panggung yang artistik. Kebetulan di ruang kelas, ada sebuah podium, tempat dosen memberikan kuliah. Seizin Pak Mangemba, dia memanfaatkan podium itu.

Diawali dehem kecil, Fahmi Syariff mengatur napas perlahan-lahan kemudian angkat suara:

“Bismillahirrahmanirrahiiim. Assalaaamu alaikum, warahmatullaaahi wabarakaaatuh ! ...”

Seluruh isi kelas menjadi riuh. Kami serentak menjawab salamnya, disertai suara ngakak. Penampilan Fahmi mirip seorang khatib di atas mimbar. Mendengar itu, Pak Mangemba pun diam-diam tersipu. Ia merasakan ada yang menggelitik.

Sambil menatap Fahmi di atas podium, Pak Mangemba kemudian berkata:

“Langngapako antu, Fahmi! Nanucini’ tappa’ ngaseng tauwa ri kau.”

(Ada apa kamu itu, Fahmi ! Sepertinya saja, semua orang percaya sama kamu).

Ucapan Pak Mangemba itu, ternyata, membuat ruang kelas semakin gemuruh. (bersambung)


----

Artikel sebelumnya:

10 Tahun Mahasiswa, Tak Sampai-sampai Sarjananya

Maeko Rong Boyai I Fahmi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama