Membicarakan Tabloid


MEMBICARAKAN TABLOID. Lima mahasiswa Unismuh Makassar, dari kiri ke kanan; Jahara, Muhammad Resa Wira Zulfikar, Iswatul Ulfa, Andi Agus, dan Satriani membuat tulisan berjudul: "Membicarakan Tabloid."







------
PEDOMAN KARYA
Ahad, 30 April 2017


Membicarakan Tabloid


Oleh: Andi Agus, Jahara, Muhammad Resa Wira Zulfikar, Iswatul Ulfa, Satriani


Perkembangan tabloid di Indonesia merupakan generasi ketiga munculnya jenis media cetak setelah surat kabar dan majalah. Seperti kita ketahui, keberadaan surat kabar di Indonesia ditandai dengan perjalanan lima periode dimulai pada tahun 1828 (Zaman Belanda), kemudian majalah dimulai pada periode kemerdekaan, tahun 1945.
Ada beberapa sumber mengatakan bahwa tabloid dikatakan generasi ketiga karena tabloid beredar pada tahun 1982, yang artinya periode pemerintahan orde baru.
Layaknya surat kabar dan majalah, tabloid juga merupakan bagian jurnalisme konvensional. Keberadaan tabloid ditandai dengan keberadaan perusahaan penerbitan Majalah Tempo, PT Grafiti Pers dengan direktur utama ketika itu Eric FH Samola.
PT Grafiti Pers berpusat di Jawa Timur. Perusahaan tersebut kemudian mengalami kebangkrutan, sehingga lima tahun kemudian (1988), PT. Grafiti Pers diambil alih oleh Jawa Pos News Network (JPNN), yang merupakan satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia, dimana sudah memiliki lebih dari 80 surat kabar, tabloid, dan majalah. Dengan tabloid pertama “Swara Surabaya.”
Tabloid sebenarnya ialah istilah suatu format surat kabar yang lebih kecil (597 mm x 375 mm) dari ukuran standar koran harian. Istilah ini biasanya dikaitkan dengan penerbitan surat kabar reguler non-harian, bisa mingguan, dwimingguan dan sebagainya.
Yang terfokus pada hal-hal yang lebih “tidak serius”, terutama masalah pesohor, olahraga, kriminalitas dan lain-lain. Meskipun demikian dalam beberapa tahun terakhir, beberapa surat kabar harian seperti Republika dan Koran Tempo telah pula mulai menggunakan format tabloid.

Pengertian Tabloid

Pengertian Tabloid Tabloid adalah kumpulan berita-olahan atau berita investigatif, artikel, berita atau iklan yang terbit berkala (biasanya tiap minggu), dan dicetak dalam kertas yang ukurannya lebih kecil daripada plano (broadsheet).
Penerbitan tabloid di Barat (tempat asal lahirnya) dilandasi semangat sensasional (disebut juga jurnalisme got), karena pemberitaannya yang sensasional, transparan, mengerahkan narasumber, dan menggemparkan khalayak pembaca.
Tabloid yang merupakan salah satu dari beberapa jenis media cetak yang ada pasti memiliki tujuan. Pada umumnya tabloid bertujuan sebagai fasilitator kepada pembaca yang membutuhkan.
Untuk itulah dalam perannya sebagai media fasilitator, tentu suatu media akan memiliki efek tersendiri. Efek di sini dapat berupa efek yang direncanakan media bahkan dapat berupa efek yang tidak terduga.
Efek sebuah media sangat tergantung dengan komponen yang ada pada media itu sendiri yang menjadi gambaran atas perencanaan efek media. Melalui agenda setting, media akan menjadi perencanaan media atas efek yang akan ditimbulkan dari media tersebut.
Namun dalam upaya meraih efek yang telah direncanakan maka sebuah media cetak perlu memperhatikan dari konten yang ada pada media itu sendiri. Konten media cetak biasanya terbagi ke dalam beberapa rubrik yang telah menjadi patokan beredarnya suatu media.

Unsur-unsur Berita

Menulis berita bukan sekedar mencurahkan isi hati. Sebuah berita harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, aktual, dan informatif. 
Di dalam membuat sebuah berita ada unsur-unsur yang perlu diperhatikan yaitu 5W + 1H. Unsur ini adalah untuk mengetahui dengan tepat apa yang akan disiarkan atau disampaikan dalam bentuk berita. Rumus ini wajib digunakan oleh para jurnalis dalam membuta berita yang baik. 
Unsur-unsur tersebut adalah what (apa), who (siapa), when (kapan), where (dimana), why (mengapa), dan how (bagaimana).
What atau apa. Ini adalah untuk menanyakan tentang apa yang akan kita tulis, tema apa yang akan diangkat dalam berita, atau hal apa yang akan dibahas dalam berita tersebut.
Who atau siapa adalah siapa tokoh yang menjadi tokoh utama di what. Unsur siapa selalu menarik perhatian pembaca, apalagi manusia yang menjadi objek berita itu adalah seorang yang aktif di bidangnya.
Unsur SIAPA ini harus dijelaskan dengan menunjukkan ciri-cirinya seperti nama, umur, pekerjaan, alamat, serta atribut lainnya berupa gelar (bangsawan, suku, pendidikan), pangkat atau jabatan.
When atau kapan. Unsur ini adalah menanyakan kapan peristiwa itu terjadi. Dalam sebuah berita tentunya akan menyebutkan kapan waktu peristiwa itu terjadi. Misalnya: “Peristiwa pengeroyokan seorang mahasiswa itu terjadi pada Kamis siang, sekitar pukul 13.00 waktu setempat.”
Where atau dimana. Unsur ini menanyakan lokasi kejadian peristiwa (dimana) atau tempat berlangsungnya peristiwa tersebut. Contohnya: “Aksi pengeroyokan tersebut berlangsung tidak jauh dari kampus korban.”
Why atau mengapa. Unsur ini menanyakan mengapa peristiwa itu terjadi. ini menanyakan alasan mengapa peristiwa itu bisa terjadi. Di sini penulis dituntut menguraikan penyebab terjadinya peristiwa.
Contoh: “Menurut pengakuan pelaku, korban dikeroyok karena telah menghina pelaku dengan mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan kepada pelaku.”
How atau bagaimana. Pertanyaan How atau Bagaimana ini menggambarkan suasana dan proses peristiwa terjadi. 

Piramida Terbalik

Piramida Terbalik, selain 5W dan 1H tersebut, sebenarya ada juga syarat yang juga wajib dimengerti oleh seorang jurnalis, yaitu persyaratan bentuk.
Dalam jurnalistik syarat bentuk ini lebih sering dikenal dengan sebutan Piramida Terbalik. Kenapa disebut Piramida Terbalik, karena bentuknya memang mirip dengan piramida Mesir namun posisinya terbalik.
Mengapa kedua hal ini disebut sebagai dasar menulis bagi wartawan. Kedua teknik ini juga bisa, dan memang efektif, dipakai oleh penulis non-wartawan, termasuk blogger. Artikel berbentuk berita memiliki struktur unik, karena inti informasi ditulis pada alinea awal (disebut sebagai “lead” atau “teras berita”; biasanya satu hingga dua paragraf).
Data-data penting menyusul pada alinea-alinea selanjutnya, lalu penjelasan tambahan, dan diakhiri dengan informasi lain yang bukan bersifat informasi utama. Inilah yang disebut sebagai piramida terbalik.
Piramida Terbalik adalah sebuah struktur penulisan atau bentuk penyajian sebuah tulisan yang umum dilakukan seorang wartawan.
 Kenapa harus menggunakan metode Piramida Terbalik, tentu maksudnya adalah agar pembaca dapat segera mengetahui inti dari berita yang ingin diketahuinya. Apalagi di saat seperti sekarang yang serba cepat.
Berita online misalkan, sebaiknya dalam menyampaikan berita langsung ke pokok beritanya. Informasi- informasi penting (inti) disajikan di awal paragraf, selanjutnya informasi pendukung mengikuti paragraf berikutnya.
Bagi pembaca sebuah artikel, piramida terbalik memudahkannya menangkap inti cerita, sebab informasi yang paling pokok langsung dibeberkan sejak alinea-alinea awal. Bagi wartawan maupun redaktur, akan memudahkan dalam penulisan dan editing berita, karena mereka lebih fokus pada pokok pikiran berita yang mereka tuliskan.
Sedangkan redaktur pun akan sangat mudah dalam menyunting ataupun memotong berita, tinggal menghapus paragraf-paragraf akhir yang dianggap tidak terlalu penting. Sedangkan bagi media dengan penulisan Piramida Terbalik ini, akan menghemat space halaman.

Karakteristik dan Fungsi Tabloid

Adapun karakteristik tabloid di antaranya yaitu: Publistas, Aktualitas, Terdokumentasikan, Penyajian lebih dalam, Nilai aktualitas lebih lama, Terdapat gambar lebih menarik, Sampul depan memiliki daya tarik, Mudah mengenali khalayaknya, Semi koran Semi majalah.
Adapun fungsi tabloid di antaranya yaitu: To inform, To educate, To entertaining

Kelebihan Tabloid

Adapun kelebihan tabloid di antaranya yaitu: Indept Reporting, Menarik “eye catching”, Khalayak mudah dipantau, Besifat feature news dan straight news, Terdokumentasikan, Pemberitaan di tabloid dipesan.

Kelemahan Tabloid

Pemberitaan terbatas, biasanya satu tema besar menjadikan benang merah untuk setiap rubrik “terdapat korelasi per satu edisi”, Ukuran kertas terlalu lebar, Memiliki daya saing penjualan antara koran dengan majalah.

------
Keterangan:
- Para penulis adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Unismuh Makassar, Angkatan 2014/2015
- Artikel ini merupakan tugas mata kuliah Jurnalistik yang diampu oleh Asnawin Aminuddin

------
Sumber :
·         https://www.scribd.com/doc/242515309/Pengertian-Tabloid, Dikutip pada 28 April 2017

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama