Melihat Langsung Injil dan Taurat Asli


TAURAT ASLI. Pada hari Sabtu, 16 September 2017, Rahim Razaq bersama rombongan berkunjung ke Kota Iskandariah. Di kota yang pernah menjadi Ibukota Mesir, mereka berkunjung ke sebuah perpustakaan tertua dan terbesar di dunia. Di dalam perpustakaan tersebut, mereka melihat langsung Taurat yang asli, Injil, suhuf, serta beberapa manuskrif yang asli dan terpelihara dengan baik yang hanya dikumpulkan oleh seorang saja dari uang pribadinya. (Dok. Pribadi)



---------
PEDOMAN KARYA
Kamis, 12 Oktober 2017


Laporan Perjalanan Dosen Unismuh di Mesir (3-habis):


Melihat Langsung Injil dan Taurat Asli


Oleh: Dr Abdul Rahim Razaq MPd
(Ketua Prodi S3 Pendidikan Agama Islam Unismuh Makassar)


            Mejelang Hari Raya Idul Adha 1438 Hijriyah, peserta Program Short Course Bidang Spiritual Pedagogy (SCSP) Tahun 2017 Kemenristek-Dikti, diliburkan selama kurang lebih sepekan. Oleh para peserta, libur diisi dengan kunjungan ke beberapa tempat bersejarah dan bertemu tokoh ulama di Mesir.
Kami antara lain melakukan anjangsana ke kediaman Prof Dr Muhammad Daud. Beliau seorang ulama Mesir yang punya lembaga pusat pembelajaran Alquran yang sangat besar dan punya perpustakaan besar, masjid yang besar mirip Islamic Centre.
Beliu adalah seorang yang ahli tentang Al-qur’an dengan bukunya yang terkenal dan dibagikan kepada peserta dengan memilih sesuka hati berapapun yang diinginkan. Buku Mu’jam adalah pilihan saya, serta buku Almaushua’ Bayani Alquran, satu set 22 jilid.
Berawal ceramah yang sangat komunikatif dalam memahami Al-qur’an dengan akal serta pemahaman Alquran secara ilmiah, dijelaskan dengan sangat fleksibel dengan bahasa yang menarik. Acara ini ditutup dengan buka puasa bersama (Puasa Arafah) santap malam ala Mesir.
Shalat Idul Adha peserta di dua masjid yang berbeda, tapi sangat dekat. Mesir dikenal dengan 1.000 menara. Dimana-mana ada menara. Tapi jangan tertipu menara di Mesir buka hanya masjid, melainkan juga menara untuk kuburan para keluarga Mesir yang kaya.
Dalam setiap bangunan yang ditandai dengan menara adalah kuburan keluarga. Kuburan ini bahagian bawa tempat jenazah di atasnya atas persetujuan pemiliknya dijadikan tempat tinggal oleh mereka yang tidak punya rumah. Itu hnya berisi pada malam hari dan ramai.
Selanjutnya rihlah religi seusai Hari Raya Ied dengan dipandu warga Indonesia yang sudah punya travel dan mobil sewa enam buah, namanya Diky, asal Jawa Barat. Beliau menikah dengan peremuan asal Singapura dan sudah dikaruniai tiga orang. Diky sudah mengenal dengan baik tempat wisata dan watak orang Mesir.
Kunjungan pertama ke Benteng Salahuddin Al Ayyubi, Masjid Tholun, tempat Raja Foruk dimakamkan dan Raja Fahlevi dari Iran. Kedua raja ini memiliki keistimewaan tersendiri. Raja Foruk dengan 100 istri dengan tips mengkonsumsi burung dara muda setiap hari. Mantan Raja Iran, Pahlevi memiliki kamar dengan lantai marmer 1000 dollar per satu meter persegi, dengan ukuran luas kamar 5x5 meter persegi.
Di dalam masjid Penguasa Tholun untuk mengimbangi paham Syiah, maka dibuatkan madrasah dan asrama setiap pengikut mazhab yang empat, yaitu Madrasah Mazhab Imam Malik, Madrasah Imam Syafii, Madrasah Imam Hambali, dan Madrasah Imam Hanafi. Madrasah ini tinggal kenangan kurang lebih 300 tahun lalu.
Berikutnya berkunjung ke Makam Athaillah Al Iskandary. Beliau hidup pada zaman Ulama Ibnu Thaimiyah. Reforman kebangkitan Islam versi Muhammadiyah dan muridnya Ibnul Qayyim Al jauwzy.
Memasuki Ahad ke-4 di Kairo Mesir, Persatuan Mahasiswa Indonesia Kairo memobilisasi ziarah ke makam-makam di daerah Al Mansura bahagian barat kota Kairo yang meliputi Makam Assyayid AhmadMutawally Asysya’rawi. Beliau seorang ulama besar dan dihormati di Mesir dan kawansan Jazirah Arab danAfrika. Makam beliau banyak dikunjungi warga Mesir maupun para mahasiwa yang belajar di Kairo, Mesir.
Kami juga ziarah ke makam salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang wafat di Kairo Mesir tahun 98 Hijriyah. Ada juga sahabat nabi yang lain di kawasan Almanshuriyah dan wafat tahun 87 Hijriyah.
Juga ada makam ulama besar yang sufi yang hidup tahun 600 Hijriyah di Kota Thontha. Makam ini terdapat di dalam masjid yang besar dan mewah yang sangat ramai dikunjungi para peziarah. Dalam makam ini terdapat jejak kaki Nabi Muhammad SAW, yang dipelihara dan disimpan dalam sudut makam dalam kaca yang dijaga.

Kereta Bawah Tanah

Jumat malam, 9 September 2017, kami naik kareta bawah tanah di Kairo (Metro). Kedalamannya sekitar 20-30 meter di bawah tanah yang melewati bawah Sungai Nil dalam kota Kairo.
Kareta dan model stasiunnya mirip di Eropa, hanya saja kebersihan dan pemeliharaannya jauh beda dengan Eropa dari segi kebersihan. Keretanya ber-AC, tetapi hawa tetap panas, sehingga tidak nyaman rasanya selama perjalanan di dalam kareta.
Hari Ahad, 10 September 2017, kami mengikuti bimbingan makalah dari musyrif, Prof Dr Abdul Rahman Annaqib. Atas arahan dan bimbingan beliau, kami dijanji makalah tersebut akan dimasukkan dalam Jurnal 3C dan akan dijadikan model pembelajaran untuk orang Mesir. Semoga terwujud, aamiinn ya Rabbal aalamin.
Bimbingan dilanjutkan hari kamis 14 September 2017, dan dilanjutkan kunjungan ke Terusan Suez untuk melihat langsung kapal-kapal yang melewati Terusan Suez yang dari Eropa, Asia, dan sebaliknya.
            Kunjungan berikutnya diadakan pada hari Sabtu, 16 September 2017, ke Kota Iskandariah yang sebelumnya menjadi Ibukota Mesir, sebelum dipindahkan ke Kota Kairo saat ini.
Informasi yang kami peroleh, di kota tersebut terdapat perpustakaan tertua dan terbesar di dunia. Hampir sama dengan perpustakaan yang ada di Kota Qom Iran yang pernah penulis kunjungi tahun 2010 lalu.
Di dalam perpustakaan tersebut, penulis melihat langsung Taurat yang asli, Injil, suhuf, serta beberapa manuskrif yang asli dan terpelihara dengan baik yang hanya dikumpulkan oleh seorang saja dari uang pribadinya.
Mungkin ada baiknya pihak Dikti bisa menjejaki kerjasama dengan Iran. Jika memerlukan informasi saya bersedia untuk memediasinya.
Di masa pemerintahan Abdul Fattah Assisy, kondisi ekonomi Mesir anjlok menjadi 1700 pound per satu dollar, lebih rendah nilai uangnya dibandingkan mata uang rupiah Indonesia. Tidak mengherakan kalau dimana-mana banyak yang mengemis.
Informasi yang diterima bahwa warga negara Mesir yang punya rumah pada masa itu hanya sekitar 9% saja, sedangkan yang lainnya tinggal di apartemen menyewa dan yang miskin tidak sanggup menyewa tinggal di atas kuburan sekeluarga beranak-pinak.
Dimana–mana terdapat kuburan yang diisi oleh para warga Mesir yang miskin yang notabene bermenara layaknya menara Masjid, tapi sesungguhnya adalah kuburan para keluarga orang kaya.
Ahad terakhir diisi dengan bimbingan pembuatan makalah ilmiah untuk persiapan Jurnal Internasional terindeks SCOPUS menuju Guru Besar Professor. Insya Allah. Aamiinnn...


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama