Pilih Fir'aun atau Nabi Musa?


“Andaikata kita hidup pada zaman Fir’aun dan Nabi Musa, kira-kira kita jadi pengikut siapa, Fir’aun atau Nabi Musa?” tanya sang ustadz. (int)





----
PEDOMAN KARYA
Jum'at, 03 Mei 2019


Pilih Fir'aun atau Nabi Musa?


Seorang ustadz bertanya kepada jamaah pada sebuah majelis.

“Andaikata kita hidup pada zaman Fir’aun dan Nabi Musa, kira-kira kita jadi pengikut siapa, Fir’aun atau Nabi Musa?” tanya sang ustadz.

“Jadi pengikut Nabi Musa,” jawab para jamaah kompak.

“Yakin?” tanya sang ustadz.

"Yakiiin,” jawab jamaah kompak.

“Tapi yang membangun Kota Mesir itu Fir'aun. Yang bangun infrastruktur juga Fir’aun. Yang membangun piramida, Fir'aun. Yang paling kaya, Fir'aun. Yang punya bala tentara banyak dan kuat, Fir'aun. Yang punya banyak pengikut, Fir'aun…” sang ustadz berhenti sejenak sambil memandangi para jamaah.

Para jamaah diam. Tak ada satu pun yang bersuara. Sebagian tampak mulai geleng-geleng kepala.

“Yang bisa memberi perlindungan dan jaminan keamanan, Fir'aun. Yang berkuasa, Fir'aun. Yang bisa menyediakan makanan dan minuman, Fir'aun. Yang bisa adakan hiburan, Fir'aun. Yang bisa membuat pusat perbelanjaan, Fir'aun. Bahkan jika teknologinya sudah ada, mungkin Kartu Mesir Sehat dan Kartu Mesir Pintar juga dibuatnya,” tutur sang ustadz.


Para jamaah tetap diam. Mereka menunggu kelanjutan ucapan sang ustadz.

“Sementara Nabi Musa, siapa dia? Dia hanya rakyat biasa, tidak kaya, tidak berkuasa. Masih yakin mau ikut Nabi Musa?” tanya sang ustadz.

Jamaah terdiam, tidak ada yang menjawab. Sebagian tertunduk sambil geleng-geleng kepala.

"Kerjaan Nabi Musa hanya sebagai penjaga kambing, hanya berdakwah, hanya punya tongkat, dan kemudian tiba-tiba mau mengajak kita menyeberangi lautan, tanpa memakai sampan, tanpa perahu, tanpa kapal. Apakah masih yakin kita mau ikut Nabi Musa?" tanya sang ustadz.

Tak satupun jama'ah berani menjawab. Semua tertunduk, diam seribu bahasa.

“Sekarang kita diperhadapkan pada kenyataan dan pilihan seperti itu. Dan keadaan seperti itu akan terus-menerus terjadi. Manusia zaman Fir'aun dan zaman sekarang, tidak ada bedanya. Mayoritas kita tergila-gila pada jabatan, harta, pangkat, dan pujian. Kita cinta pada dunia,” tutur sang ustadz.

Para jamaah tetap terdiam.

“Fir'aun akan tetap ada hingga akhir zaman. Hanya saja berubah wajah dan bentuknya, juga namanya. Sejarah akan terus berulang, dan umat manusia akan diperhadapkan pada pilihan, antara memilih Fir’aun atau Nabi Musa, termasuk dalam memilih pemimpin,” kata sang ustadz.

---
Keterangan: artikel ini diolah ulang oleh Asnawin Aminuddin, dari kisah yang beredar luas di media sosial.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama