Alangkah Indahnya Bila Terkumpul Iman, Ilmu, dan Harta


Sahban mengutip nasehat Lukmanul Hakim kepada anaknya, bahwa, “Alangkah indahnya apabila dalam diri seseorang terkumpul iman, ilmu, dan harta. Sebaliknya, alangkah malangnya seseorang apabila pada dirinya terkumpul kemiskinan, kesombongan, dan kebodohan.”





 -------
PEDOMAN KARYA
Sabtu, 05 Oktober 2019


Biografi Sahban Liba (32):


Alangkah Indahnya Bila Terkumpul Iman, Ilmu, dan Harta



Penulis: Hernita Sahban Liba


Butir keempat dari 12 mutiara pemikiran hidup Sahban Liba, yaitu “Hidup Yang Baik Berjalan Melalui Tahap-Tahap Pemenuhan Kebutuhan.”

Pengalaman Sahban selama merantau menyadarkannya bahwa ia telah mengalami pendakian pada piramida Maslow. Teori Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki lima tingkat kebutuhan: fisiologis, keamanan, sosial, penghargaan, dan berpuncak pada aktualisasi diri.

Pada lapisan paling dasar, kebutuhan fisiologis, terdapat bentuk-bentuk kebutuhan seperti kesehatan, makanan, dan tidur. Ia merasakan hal ini pada masa-masa awal hidupnya yang sulit dan sekedar bertahan hidup untuk memenuhi kebutuhan pokok.

Pada tahap yang lebih tinggi terdapat kebutuhan keamanan seperti hunian, pakaian, dan terhindar dari bahaya. Fase ini dihadapinya ketika ia mulai hidup merantau di Surabaya, dimana ia harus berjuang mencari tempat tinggal, mulai dari mesjid hingga ke asrama dan akhirnya rumah sendiri di Jakarta.

Kebutuhan sosial mulai ia dapatkan selama sosialisasi di asrama pelajar hingga akhirnya dirinya berkeluarga. Kebutuhan sosial ini mencakup kebutuhan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok, mendapatkan cinta, dan mendapatkan kasih sayang.

Kebutuhan penghargaan mencakup kebutuhan penghargaan dari diri sendiri dan dari orang lain. Kebutuhan ini terpenuhi ketika dirinya mulai mengalami peningkatan karier hingga akhirnya menjadi seorang bergelar doktor.

Kebutuhan paling puncak, aktualisasi diri, dicapainya pada masa tua. Setelah pensiun, ia telah mengaktualisasikan dirinya untuk memberikan kontribusi pada kemanusiaan, kepada agama, kepada dunia pendidikan, dan kepada masyarakat di tanah asalnya.

Ilmu Adalah Sumber Kesuksesan Hidup Dunia dan Akhirat

Butir kelima dari 12 mutiara pemikiran hidup Sahban Liba, yaitu “Ilmu Adalah Sumber Kesuksesan Hidup Dunia dan Akhirat.”

Doktrin ini dipelajari dalam hidupnya dan merupakan justifikasi atas sebuah Hadist Bukhari yang berbunyi : Man aroda dunya fa'alaihi bil'ilmi, Man arodal akhiroh fa'alaihi bil'ilmiWa man aroda humaa fa'alaihi bil'ilmi (“barang siapa ingin memperoleh kebahagiaan dunia harus dengan ilmu, siapa yang menginginkan akhirat maka dengan ilmu, dan barang siapa yang ingin kedua-duanya maka harus dengan ilmu”).

Alasannya adalah karena ilmu yang membawa seseorang pada kesuksesan dalam segala hal, termasuk kesuksesan dalam hidup bermasyarakat. Dengan ilmu, seseorang dapat memperoleh teman, dapat berhasil dalam pergaulan, dan dapat memperoleh derajat yang tinggi baik secara keilmuan maupun secara sosial.

Pandangan ini lebih lanjut ditopang oleh Al-qur’an, surah Al-Mujaadilah, ayat 11: Yarfa’i al-Lâhu al-ladzîna âmanû minkum wa al-ladzîna ‘ûtu al-ilma darajât (niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat).

Ayat ini bermakna bahwa Allah meninggikan derajat orang berilmu (dan juga orang beriman). Sahban mencontohkan bahwa seandainya ia bukan seorang doktor, mungkin ia tidak dapat dipandang sebagai seorang yang memiliki derajat ilmu yang tinggi dan memiliki otoritas untuk mendirikan dan memimpin sebuah perguruan tinggi. Hal ini berlaku di dunia, apalagi di akhirat. Jika di dunia dan di akhirat berlaku, maka begitu juga kedua-duanya.

Alasan ini pula mengapa ia tetap meneruskan ke jenjang doktor walaupun usianya telah lewat masa pensiun. Ia berharap hal ini akan memotivasi anak-anaknya untuk terus menempuh pendidikan setinggi-tingginya.
  
Sahban sempat mengutip nasehat Lukmanul Hakim pada anaknya, bahwa “alangkah indahnya apabila dalam diri seseorang terkumpul iman, ilmu, dan harta. Sebaliknya, alangkah malangnya seseorang apabila pada dirinya terkumpul kemiskinan, kesombongan, dan kebodohan”.

Hidup yang Sukses Memerlukan Soft Skill Dan Hard Skill

Sejalan dengan pandangan di atas, maka seorang manusia memerlukan dua jenis ilmu atau kecakapan dalam hidupnya. Berdasarkan kisah hidupnya, Sahban percaya bahwa soft skill dan hard skill sangat penting dalam pergaulan di masyarakat.

Inilah butir keenam dari 12 butir pemikiran Sahban Liba, yaitu hidup yang sukses memerlukan soft skill dan hard skill.

Setiap orang diharapkan mempunyai kedua keterampilan tersebut. Soft skill merupakan kecakapan dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skill) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skill).

Hard skill adalah penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan ilmunya. Intinya adalah, seperti telah ditunjukkan oleh kisah hidupnya, keberhasilan dalam hidup ditentukan oleh kombinasi antara keterampilan ilmu pengetahuan yang tinggi dimiliki dan etika, ramah tamah, sifat bersahabat, sifat menghargai orang lain, kejujuran, lemah lembut dan sebagainya. (bersambung)

Editor: Asnawin Aminuddin

--------------
Artikel sebelumnya:


Biografi Sahban Liba (31): Dua Belas Mutiara Pemikiran Sahban Liba

Biografi Sahban Liba (30): Membangun Villa dan Waterboom Lasharan di Enrekang

Biografi Sahban Liba (29): Meraih Gelar Doktor di Usia 72 Tahun

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama