Meraih Gelar Doktor di Usia 72 Tahun


RAIH DOKTOR. Sahban berhasil menyelesaikan kuliahnya dan meraih doktor dalam bidang manajemen pendidikan pada tanggal 15 Oktober 2009. Itu berarti, Sahban meraih gelar doktor dalam usia 72 tahun, satu bulan, dan 27 hari, karena ia lahir pada 18 Agustus 1937. (Foto: Asnawin Aminuddin / PEDOMAN KARYA)





-------

PEDOMAN KARYA
Sabtu, 21 September 2019


Biografi Sahban Liba (29):


Meraih Gelar Doktor di Usia 72 Tahun



Penulis: Hernita Sahban Liba


Meskipun usianya sudah cukup tua dan hidupnya cukup mapan secara ekonomi, Sahban tidak mau hanya duduk-duduk ongkang-ongkang kaki menghabiskan sisa hidupnya. Sahban bahkan merasa perlu mencari tantangan baru agar semangat hidupnya tetap menyala.

Dan tantangan baru itu adalah melanjutkan kuliah ke jenjang doktoral atau S3. Ia melajutkan kuliah di usia yang sudah terlalu tua untuk ukuran mahasiswa yakni di penghujung usia 60 tahun, dan ia memilih kuliah doktoral pada Program Pascasarjana (PPs), Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Sebelumnya, ia meraih gelar sarjana muda Bachelor of Arts (BA), Sahban melanjutkan pendidikannya ke jenjang sarjana (S1) di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Muhammadiyah Jakarta. (Kampus ini belakangan berubah nama dan status menjadi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, disingkat Uhamka). Di IKIP Muhammadiyah Jakarta, Sahban mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia.

Setelah lulus dari IKIP Muhammadiyah, Sahban kembali melanjutkan pendidikannya ke jenjang magister (S2) dan ia memilih kuliah di Sekolah Tinggi Manajemen (STIMA) IMMI Jakarta. Setelah beberapa tahun kuliah, ia pun memperoleh gelar Magister Manajemen (MM).

Tentu saja tidak mudah meluangkan waktu kuliah sambil kerja, tetapi Sahban mampu melakukannya karena ada semangat dan cita-cita besar yang ingin dicapainya setelah memasuki masa purnawirawan.

Cita-cita besar itu akan ia dibaktikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Ia berharap setelah cita-cita besar itu terwujud, dapat dinikmati manfaatnya oleh orang banyak.

Di sisi lain, Sahban juga akan mencatat sejarah hidupnya sebagai salah seorang tentara marinir yang mampu melanjutkan kuliah ke jenjang S1 dan S2.

Setelah beberapa tahun tidak lagi merasakan bangku kuliah, Sahban akhrinya melanjutkan pendidikannya ke jenjang doktoral. Sangat tidak mudah tentunya kuliah doktoral pada usia 70 tahun, tetapi Sahban punya tekad dan semangat yang besar.

Dalam sebuah perbincangan, Sahban mengatakan, “Saya kuliah sekaligus untuk memotivasi anak-anak saya. Mereka saya minta terus-menerus belajar dan meraih pendidikan setinggi-tingginya, karena Allah akan mengangkat derajat orang-orang beriman dan berilmu.”

Tekad dan semangat yang besar itu ternyata mampu mengalahkan kondisi fisik yang semakin menua untuk mengejar impain menjadi doktor di usia 70 tahun. Perlahan tapi pasti, ia mengikuti perkuliahan dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen.

Ia juga tak henti-hentinya melakukan konsultasi dan bolak-balik Makassar – Jakarta untuk menyelesaikan kuliahnya di PPs UNJ, sambil tetap mengurus Kampus STIM Lasharan Jaya di Makassar.

Ujian demi ujian pun dijalani dan akhirnya Sahban berhasil menyelesaikan kuliahnya dan meraih doktor dalam bidang manajemen pendidikan pada tanggal 15 Oktober 2009. Itu berarti, Sahban meraih gelar doktor dalam usia 72 tahun, satu bulan, dan 27 hari, karena ia lahir pada 18 Agustus 1937.

Tidak tanggung-tanggung, Sahban bahkan berhasil meraih gelar doktor dengan predikat Sangat Memuaskan. Dalam disertasinya, ia mengusung judul “Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Periode 2003-2010.

Disertasi ini kemudian diadaptasi menjadi buku berjudul “Kebijakan Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi di Indonesia: Perspektif Teoritis dan Empiris”. Buku ini kemudian mengantarkannya meraih dua buah penghargaan.

Pertama, ia mendapatkan penghargaan Tokoh Teladan Pendidikan dari AS Center, yang dipimpin oleh Prof. Dr. Aminuddin Salle, SH, MH. Penghargaan ini diterima pada saat bedah bukunya di Gedung Lasharan Garden, tanggal 20 Februari 2010.

Kedua, Sahban juga mendapatkan  penghargaan dari Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah IX Sulawesi sebagai tokoh yang memajukan pendidikan tinggi di Sulawesi. Penghargaan ini diberikan dalam kategori penulis buku ilmiah. Sahban memperoleh penghargaan ini pada tanggal 2 Mei 2010.

Sahban selalu mengingat nasehat Lukmanul Hakim kepada anaknya sebagaimana dikisahkan dalam Al-qur’an, bahwa “Alangkah indahnya apabila dalam diri seseorang terkumpul iman, ilmu, dan harta, sebaliknya alangkah malangnya seseorang apabila pada dirinya terkumpul kemiskinan, kesombongan, dan kebodohan.”

Karya-karya Ilmiah

Selain disertasinya, Sahban juga telah menulis sejumlah karya ilmiah, antara lain buku ilmiah berjudul  “Kebijakan Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi di Indonesia: Perspektif Teoritis dan Empiris”. Buku ini diterbitkan oleh As Publishing pada tahun 2009.

Artikel jurnal Instrument Development of Business Incubation Center (Pengembangan Instrumen Pusat Inkubasi Bisnis). Artikel ini diterbitkan dalam International Journal of Applied Business and Economic Research, edisi 12 no 3 tahun 2014, halaman 729-757. Beliau menulis artikel ini bersama dengan anaknya Muhammad Amsal Sahban, dan seorang peneliti dari Universiti Utara Malaysia, Dileep Kumar.

Juga ada artikel berjudul Where the Qualitative Research Matters in Fixing Variables on Entrepreneurial Incubation Center. Artikel ini juga ditulis oleh Sahban bersama Amsal dan Kumar.

Artikel ini menggambarkan wawancara, pengamatan, diskusi kelompok fokus, dan teknik Delphi untuk menemukan variabel-variabel program inkubasi bisnis pada lulusan sekolah bisnis di Indonesia. Artikel ini diterbitkan di International Journal of Economic Research edisi 11 No 1 bulan Januari-Juni 2014, halaman 399-419. (bersambung)

Editor: Asnawin Aminuddin

--------
Artikel edisi sebelumnya:

Biografi Sahban Liba (28): Mengembangkan Kampus dengan Tiga Pilar Utama




Biografi Sahban Liba (26): Andi Sose Menawari Pinjaman Rp1 Miliar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama