Perjuangan Pahlawan Covid di Garda Terdepan

GARDA TERDEPAN. Sebagai garda terdepan memerangi Covid-19, ada banyak kisah suka dan duka yang dialami para nakes tersebut. Persoalan ini dirasakan oleh sebagian besar perawat dari berbagai daerah di Tanah Air. Mereka masih diselimuti rasa waswas terhadap gempuran Covid-19. Mereka masih terus dihantui. Meskipun berisiko tinggi dan lama terpisah dari keluarga, atas dorongan kemanusiaan, mereka tetap berjuang menjalankan tugas.  



------

PEDOMAN KARYA

Ahad, 01 Agustus 2021

 

Merawat Indonesia di Masa Pandemi Covid-19 (3):

 

 

Perjuangan Pahlawan Covid di Garda Terdepan

 

 

Oleh: Syaharuddin Saleh

(Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Universitas Pancasakti Makassar)


Lebih dari setahun lamanya Indonesia bergulat menangani wabah Covid-19. Tanggung jawab para tenaga kesehatan (Nakes) pun kian berat. Mereka mengemban profesi berisiko tinggi terpapar. Namun di saat bersamaan, terpanggil untuk menyelamatkan hidup pasiennya. 

Sebagai garda terdepan memerangi Covid-19, ada banyak kisah suka dan duka yang dialami para nakes tersebut. Sampai saat ini, bahkan masih saja ada nakes yang belum menerima haknya secara penuh, termasuk insentif yang dijanjikan oleh pemerintah.

Persoalan ini dirasakan oleh sebagian besar perawat dari berbagai daerah di Tanah Air. Mereka masih diselimuti rasa waswas terhadap gempuran Covid-19. Mereka masih terus dihantui. Meskipun berisiko tinggi dan lama terpisah dari keluarga, atas dorongan kemanusiaan, mereka tetap berjuang menjalankan tugas. Perjuangan mereka dalam setahun berjibaku merawat pasien Covid-19. 

Menampik beban kerja dan tanggung jawab yang besar, membuat tingkat stres para perawat semakin tinggi. Mereka berencana mengusulkan kebutuhan psikolog agar stres dan kecemasan yang dialami para perawat, terutama perawat pasien Covid-19 dapat teratasi.

Mereka pun menyadari bahwa seorang perawat memang harus tangguh. Perawat harus melakukan tindakan ke pasien, dan melengkapi dokumentasi. Apalagi ketika jumlah pasien Covid-19 banyak, mereka sampai tidak sempat istirahat.

Perawat memang tidak ada jam istirahatnya. Pada saat kami melakukan tindakan, apalagi itu tanggung jawab kita, rasa lapar itu memang gak ada. Perawat itu bagaikan tenaga serabutan yang harus mengambil pekerjaan semuanya. Harus mengambil pekerjaan semuanya sampai tindakan delegatif dari dokternya. Sampai tindakan penunjang-penunjang yang lain, dari unit lain.

Hampir sebagian besar para perawat pernah terpapar Covid-19. Karena paham pekerjaannya sangat berisiko, para nakes selalu menjaga imunitas tubuh dengan mengonsumsi vitamin.

Dulunya memang mendapatkan jatah vitamin, namun sejak jatah itu terhenti, para nakes berinisiatif membeli vitamin. 

Berat, capek, sedih, hal itu yang bisa digambarkan bagaimana kondisi perjuangan tenaga kesehatan yang sama-sama berjuang di tengah pandemi. Menjadi garda terdepan, mereka rela mengorbankan hanyak hal, bukan hanya waktu, keluarga, sosial, bahkan nyawa menjadi taruhannya.

Perjuangan para nakes dalam menangani pandemi Covid-19, bahkan melihat keterbatasan jumlah nakes, dia pun sampai rela mengorbankan jatah liburnya demi memberikan penanganan terbaik kepada para pasien.

Perjuangan para tenaga medis dalam melawan Covid-19 belum berakhir. Mereka yang berada di garda terdepan rela mengorbankan waktu, pikiran, tenaga, dan nyawa demi menyelamatkan ratusan bahkan ribuan pasien berstatus suspect probable dan confirmed Covid-19.

Banyak dari mereka yang sulit pulang ke rumah untuk bertemu keluarga demi mencegah penularan. Rasa takut dan khawatir menyelimuti keseharian para tenaga medis. Sementara di sisi lain, mereka bertanggung jawab untuk melayani para pasien dan menenangkan mereka.

Di balik semangat yang mereka tunjukkan, tersimpan kekhawatiran besar karena rentan tertular. Kesedihan juga dirasakan para pahlawan medis karena harus membatasi diri untuk bertemu keluarga. Tentu keterbatasan waktu untuk berkumpul bersama keluarga menjadi duka yang dirasakan oleh para petugas.

Belum lagi, masih banyak pasien yang tidak jujur dan tidak kooperatif saat berobat, seolah tidak peduli dengan risiko yang bisa saja terjadi. Beberapa dokter dan perawat menjadi positif Covid-19 akibat menangani pasien yang menyembunyikan riwayat kontak atau perjalanannya.

Di antara petugas kesehatan lainnya, perawat menghabiskan waktu paling lama berinteraksi dengan pasien sehingga menjadikannya sosok paling rentan terhadap virus ini.

Para tenaga medis juga menjadi lebih waspada terhadap kebersihan diri. Jangan sampai ada yang menyepelekan wabah ini, beranggapan bahwa proses perawatan pasien Covid-19 ini sama seperti perawatan biasa dan situasi di rumah sakit baik-baik saja.

Kondisi saat ini benar-benar berbeda. Tak jarang nakes sedih melihat kondisi pasien yang diisolasi lantaran tak ada anggota keluarga yang menemani. Terlebih, pasien lanjut usia yang kesulitan untuk berkegiatan sendirian, berkomunikasi dengan keluarga pasien.

Seorang nakes mencontohkan saat pasien yang memiliki gejala cukup berat dan harus dirujuk, namun mengantre karena ruangan ICU yang terbatas. Terlebih saat ada pasien yang meninggal dan harus dimakamkan dengan prosedur Covid-19. Tak mudah untuk memberi pengertian kepada keluarga pasien tentang hal tersebut. (bersambung)


-------

Artikel Terkait:

Artikel Bagian 5-habis: Biasakan Mengidentifikasi dan Berpikir Kritis Tentang Pandemi Covid-19

Artikel Bagian 4: Geliat Mahasiswa dalam Menangkal Penyebaran Hoax

Artikel Bagian 2: Pemerintah Masih Mempunyai Sederet PR dalam Penanganan Covid-19

Artikel Bagian 1: Merawat Indonesia di Masa Pandemi Covid-19

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama