Agus Sumantri Akrab dengan Wartawan, Pejabat, Politisi, dan Akademisi

Foto atas, Agus Sumantri (ketiga dari kiri) foto bersama empat mantan Kepala Biro Humas dan Protokol Sulsel yakni dari kiri ke kanan Syahrul Yasin Limpo, Iqbal Samad Suhaeb, Agus Sumantri, Annas GS (alm), dan Ashari Fakhsirie Radjamilo. Foto kiri bawah, Agus Sumantri bersama Syamsuddin Umar. Foto kanan bawah, Agus Sumantri bersama Syahrul Yasin Limpo. 


 


-------

PEDOMAN KARYA

Sabtu, 14 Agustus 2021

 

In Memoriam:

 

 

Agus Sumantri Akrab dengan Wartawan, Pejabat, Politisi, dan Akademisi

 

 

Oleh: Asnawin Aminuddin

(Wartawan Pedoman Karya)

 

Teman-teman wartawan di Makassar, khususnya di era 90-an sampai era 2020-an, dan khususnya lagi yang kerap meliput di Kantor Gubernul Sulsel, umumnya mengenal Agus Sumantri.

Beliau berangkat dari pegawai biasa yang kemudian merangkak kariernya hingga menjadi Kepala Biro Humas dan Protokol, kemudian menjabat Kasatpol PP, dan terakhir Kepala Kesbangpol Provinsi Sulsel sebelum pensiun.

Bukan jabatannya yang membuat beliau dikenal, melainkan sikap dan bawaannya yang baik dan mudah akrab dengan semua orang, termasuk dengan teman-teman wartawan.

Maka ketika beliau meninggal dunia pada Jumat malam, 13 Agustus 2021, beritanya langsung menyebar di berbagai grup WhatsApp (WA) wartawan, disertai ucapan do’a semoga amal ibadahnya diterima dan dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT.

Komentar tentang kebaikan hati beliau juga disebut-sebut, dan itu juga terlihat di berbagai grup lainnya, antara lain di grup KAUKUS 99 KUBAH, yang beranggotakan sejumlah pejabat, mantan pejabat, akademisi, pengusaha, politisi, dan berbagai latar belakang profesi lainnya, termasuk wartawan.

Baik wartawan, maupun pejabat, akademisi, politisi, dan lainnya, semuanya mengatakan almarhum Agus Sumantri orang baik, sahabat yang baik, kakak yang baik, sahabat kita semua, saya bersaksi beliau orang baik, Pak Agus Sumantri sahabat sejati, dan kalimat-kalimat yang sejenis.

 

Sahabat Sejak Staf Humas

 

Komentar-komentar yang baik juga bermunculan di sejumlah akun Facebook. Salah satu di antaranya dari Ajiep Padindang, Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI).

“Sahabatku mulai dari staf Humas Pemda Sulsel dan saya masih aktif sebagai wartawan. Sering jalan ke daerah bersama, mulai dari zaman Pak Amiruddin Gubernur hingga Pak Palaguna. Pernah mengelola surat kabar SUARA CELEBES, terbitan Biro Humas Pemda Sulsel era Karo Bpk Syahrul Yasin Limpo.

Ketika saya sudah jadi anggota DPRD Sulsel 1997, saya bermitra dengan Pak Agus Sumantri (anak dari Bpk Letkol TNI Pur Atik Soeteja, mantan Bupati Mamuju), saya bermitra kerja, terutama ketika dia menjadi Kepala Badan Kesbang dan saya Ketua Komite A, DPRD Sulsel.

Selamat jalan sahabat, anda org baik. In Syaa Allah, Tuhan menempatkan anda ditempat terbaik. Dan keluarga harap sabar dan tabah menerima musibah ini. ALFATIHAH.”

 

Humas Yang Baik

 

Dirut dan sekaligus Pemimpin Redaksi Harian Radar Selatan, Sunarti Sain, juga menulis komentar tentang almarhum Agus Sumantri.

“Kaget mendengar kabar meninggalnya Pak Agus Sumantri pagi ini. Beliau adalah contoh seorang Humas yang baik dan berdedikasi. Sangat paham dengan kerja-kerja jurnalis yang butuh akses informasi.

Rasanya setiap orang yang pernah berinteraksi dengan Pak Agus di Pemprov Sulsel, punya kenangan manis dengannya.

Selamat jalan Pak Agus..saya bersaksi bapak orang baik.”

 

Dinda, Saya Sudah Pensiun

 

Saya mengenal Pak Agus Sumantri sejak pertengahan tahun 90-an. Waktu itu, saya wartawan di Harian Pedoman Rakyat, sedangkan Pak Agus menjabat salah satu Kepala Seksi atau Kepala Bagian Biro Humas dan Protokol Pemprov Sulsel.

Pak Agus sering ke Kantor Pedoman Rakyat di Jl Arief Rate 31 Makassar, atau di Kantor Redaksi Malam Harian Pedoman Rakyat, di Percetakan Sulawesi, Jl Mappanyukki, tempat koran harian Pedoman Rakyat dicetak.

Saya tidak pernah ditugaskan secara khusus meliput di Kantor Gubernur Sulsel, tapi kami cukup sering bertemu dalam berbagai kesempatan dalam kapasitas saya sebagai wartawan dan kapasitas Pak Agus sebagai Humas Pemprov Sulsel. Karena kerap bertemu itulah, kami menjadi akrab.

Beberapa tahun lalu, saya bertemu Pak Agus Sumantri di Kantor Bank Sulselbar, Jl Ratulangi. Saat itu, saya sementara menunggu giliran dipanggil oleh teller, tiba-tiba beliau menegur saya dengan ciri khas senyumnya yang tak pernah lepas.

“Dinda, saya sudah pension,” katanya kepada saya setelah berbasa-basi.

 

Dinda, Saya Minta Pendapatta’

 

Sekitar tahun 2004, Pak Agus menemui saya di Kantor Harian Pedoman Rakyat. Kebetulan waktu saya mendapat giliran menjadi wartawan desk olahraga.

“Dinda, saya minta pendapatta’,” katanya.

Diksi atau pilihan katanya menunjukkan bahwa beliau sangat sopan, sampai-sampai saya merasa malu mendapat sapaan seperti itu dari orang yang lebih tua dan sudah punya jabatan di Kantor Gubernur Sulsel.

Ternyata beliau ingin meminta kesediaan saya menjadi Humas Federasi Olahraga Karatedo Indonesia (Forki) Sulsel, yang saat itu baru saja memilih Syahrul Yasin Limpo (saat itu menjabat Wakil Gubernur Sulsel) sebagai ketua umum.

Tentu saja saya bersedia, karena selain kebetulan sedang menjadi wartawan olahraga, saya juga kebetulan pernah berlatih karate di Lemkari (saat masih kuliah di FPOK IKIP Ujungpandang, 1986-1990) dan di Inkai (saat mengajar sebagai guru olahraga di STM Dh Pepabri Bulukumba, 1992).

 

Kedinginan di Pesawat Hercules

 

Sebagai wartawan olahraga dan sebagai pengurus Forki Sulsel, saya kemudian aktif memberitakan kegiatan-kegiatan olahraga karate di Sulsel, termasuk mendampingi Pak Syahrul Yasin Limpo sebagai Ketua Forki Sulsel melihat persiapan para karateka menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON) XVI Tahun 2004 di Palembang.

Dan saat berlangsung PON Palembang, saya (wartawan Pedoman Rakyat) dan Rosmiati Bile yang akrab disapa Oci’ (wartawati Harian Fajar), termasuk yang dibawa serta dalam rombongan tim cabang olahraga karate untuk meliput dan memberi dukungan moril kepada para karateka.

Waktu itu, kami bersama tim khusus yang ditugaskan memberi dukungan moril kepada para karateka Sulsel, berangkat dari Makassar ke Palembang menggunakan pesawat Hercules yang kursinya sangat terbatas dan para penumpang duduk saling berhadap-hadapan.

Penerbangan berlangsung kurang lebih tiga jam langsung dari Makassar ke Palembang. Kami di pesawat umumnya kedinginan karena ternyata pesawat Hercules yang kami tumpangi terbang sangat tinggi.

Untuk menyiasati perasaan dingin itu, sebagian dari kami melakukan olahraga ringan di atas pesawat, dan saling bercerita yang lucu-lucu guna menghidupkan suasana.

 

Meliput PON 2004 di Palembang

 

Kehadiran tim khusus yang dibentuk Pak Syahrul Yasin Limpo selaku Ketua Umum Forki Sulsel, benar-benar mampu mengangkat motivasi para karateka Sulsel yang bertanding.

Pak Syahrul juga sangat pandai memberi motivasi kepada para karateka Sulsel yang akan bertanding, sehingga cabang olahraga karate termasuk yang paling banyak menyumbangkan medali untuk kontingen Sulsel pada PON 2004 di Palembang.

Sulsel pada PON 2004 Palembang, di akhir klasemen menempati peringkat ke-10, dengan raihan 17 medali emas, 22        perak, dan 19 perunggu.

DKI Jakarta keluar sebagai juara umum dengan 141 medali emas, 111 perak, dan 114 perunggu, sedangkan Sumatera Selatan selaku tuan rumah menempati peringkat ke-5 dengan raihan 30 emas, 41 perak, dan 40 perunggu.

Selama perjalanan dari Makassar ke Palembang, selama berada di Palembang, dan dalam perjalanan pulang dari Palembang ke Makassar (transit di Jakarta beberapa jam), Pak Agus Sumantri dan Pak Badar (staf Biro Humas dan Protokol Pemprov Sulsel) selalu menemani kami dan sangat memperhatikan kebutuhan kami. Waktu itu, Pak Tautoto Tanaranggina juga selalu bersama kami.

Selamat jalan kanda Agus Sumantri. Kenangan bersamamu, senyumanmu yang khas, dan kebaikanmu akan selalu kami kenang. Semoga amal ibadahmu diterima dan dosa-dosamu diampuni oleh Allah SWT, dan semoga engkau tenang di alam barzakh.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama