Rasulullah Serahkan Pedangnya kepada Abu Dujanah pada Perang Uhud

“Tugasnya ialah menghantamkannya kepada musuh sampai bengkok!” demikian jawab Rasulullah ﷺ.

Ketika Abu Dujannah menyanggupi, Rasulullah ﷺ pun memberikan pedang itu kepadanya. Abu Dujanah adalah laki-laki yang sangat berani. Ia mengeluarkan pita merah, lalu teman-temannya bergumam, “Lihat Abu Dujanah telah mengeluarkan pita mautnya!”



------ 

PEDOMAN KARYA

Senin, 21 Februari 2022

 

Kisah Nabi Muhammad SAW (95):

 

 

Rasulullah Serahkan Pedangnya kepada Abu Dujanah pada Perang Uhud

 

 

Penulis: Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi

 

Kedua belah pihak kini sudah siap bertempur. Masing-masing sudah menyiapkan seluruh kekuatan terbaiknya kepada lawan.

Yang selalu teringat oleh orang-orang Quraisy adalah peristiwa Badar dan korban-korbannya. Sementara itu yang selalu teringat oleh kaum Muslimin adalah Allah serta pertolongan-Nya.

Rasulullah ﷺ berpidato di hadapan pasukannya dan memberi semangat dalam menghadapi pertempuran. Beliau berjanji bahwa pasukannya akan mendapatkan kemenangan, asalkan mereka tabah.

Beliau kemudian mencabut sebilah pedang, mengacungkannya, dan bertanya, “Siapa yang sanggup memegang pedang ini agar diperlakukan sesuai dengan tugasnya?”

Beberapa orang tampil, tetapi pedang itu tidak pula diberikan Rasulullah ﷺ. Siapakah kiranya pendekar muslim yang mendapatkan kehormatan untuk menggunakan pedang Rasulullah ﷺ tersebut?

 

Abu Dujanah

 

Kemudian tampillah Abu Dujanah Simak bin Kharasyah dari Banu Sa'idah. Ia bertanya, “Apa tugasnya, ya Rasulullah?”

“Tugasnya ialah menghantamkannya kepada musuh sampai bengkok!” demikian jawab Rasulullah ﷺ.

Ketika Abu Dujannah menyanggupi, Rasulullah ﷺ pun memberikan pedang itu kepadanya. Abu Dujanah adalah laki-laki yang sangat berani. Ia mengeluarkan pita merah, lalu teman-temannya bergumam, “Lihat Abu Dujanah telah mengeluarkan pita mautnya!”

Semua orang mengetahui bahwa Abu Dujanah sudah siap bertempur apabila ia telah mengeluarkan pita merahnya itu. Pita itu diikatkan di kepala, kemudian ia berjalan dengan angkuh dan berlagak di tengah-tengah pasukan seperti yang biasa ia lakukan apabila sudah siap menghadapi pertempuran.

Rasulullah ﷺ melihat perilaku Abu Dujanah itu kemudian bersabda, “Cara berjalan seperti itu sangat dibenci Allah, kecuali dalam pertempuran seperti ini.”

Rasulullah ﷺ memberikan kepercayaan kepada Mushab bin Umair untuk memegang bendera pasukan. Hamzah bin Abdul-Muththalib berada di barisan terdepan didampingi Abu Dujanah, Ali bin Abi Thalib,  Saad bin Abi Waqqash, Umar bin Khattab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah.

Orang pertama yang mencetuskan pertempuran adalah Abu Amir Abdul Hamid bin Shaifi Al Ausi. Ia sebenarnya berasal dari suku Aus, tetapi sengaja pindah dari Madinah ke Mekah untuk mengobarkan semangat Quraisy agar memerangi Rasulullah ﷺ.

Ia tidak ikut dalam Perang Badar. Kini ia terjun dalam Perang Uhud dengan membawa lima belas orang dari suku Aus. Selain itu, beberapa budak penduduk Mekah juga bergabung dengan regunya.

Abu Amir maju ke depan dan memanggil-manggil kaum muslimin dari golongan Aus. Menurut dugaannya, orang-orang Islam dari Aus itu akan menuruti panggilannya dan memihak Quraisy.

“Saudara-saudara dari Aus! Saya adalah Abu Amir!” demikian panggilnya berkali-kali.

Akan tetapi, kaum muslimin dari kalangan Aus membalas dengan teriakan pula, “Allah tidak akan memberikan kesenangan kepadamu, durhaka!”

Kemudian pertempuran pun pecah!

Rasulullah ﷺ bersabda, “Ditempatkan di bagian terdepan dari jalan Allah selama satu hari lebih baik dari pada dunia dan segala isinya!”

Beliau juga berkata, “Setiap orang yang gugur telah menyelesaikan tugas sepenuhnya, kecuali orang yang berada di bagian terdepan dari jalan Allah karena amalnya akan terus bertambah sampai hari kebangkitan.”

 

700 orang beriman melawan 3000 orang musyrik!

 

Sayap kiri Quraisy yang terdiri atas pasukan Pemuda dan Kavaleri pimpinan Ikrimah bin Abu Jahal pun bergerak maju. Mereka berusaha menyerang pasukan muslim dari samping. Namun,  pasukan pemanah muslim menghujani mereka dengan panah dan batu. Abu Amir dan para pengikutnya dibuat mundur tunggang-langgang.

Saat itu Hamzah bin Abdul-Muththalib terjun ke tengah pertempuran sambil meneriakkan teriakan tempur Uhud yang terkenal.

“Mati! Mati!”

Tholhah bin Abu Talhah yang membawa Bendera Quraisy berteriak, “Siapa yang akan berduel denganku?”

Ali bin Abi Thalib pun maju. Dengan tangkas dan sangat cepat. Ali menebas lawannya itu sampai terbelah dua. Melihat hal itu Rasulullah ﷺ menjadi lega.

Seketika, takbir pun berkumandang dari barisan muslimin. Rasulullah ﷺ memerintahkan pasukan muslim melancarkan serangan.

Abu Dujanah mengamuk! Dibunuhnya setiap lawan. Barisan orang musyrik jadi kacau balau. Kemudian ia melihat seseorang sedang mencincang tubuh seorang muslim dengan amat keji.

Amarah Abu Dujanah bangkit! Ia melompat dan hendak menebas orang itu dengan sekali ayunan. Tapi saat itu dilihatnya sasarannya ternyata Hindun bin Utbah. Abu Dujanah mundur dan menyerang ke arah lain. Terlalu mulia rasanya apabila Pedang Rasulullah ﷺ dihantamkan pada seorang wanita.

Orang-orang Quraisy pun balas menyerang dengan sangat keras. Darah mereka mendidih mengingat kematian para pemimpin mereka pada Perang Badar. Di belakang mereka, kaum wanita mengorbankan semangat.

Tidak sedikit para budak yang akan dijanjikan kebebasan apabila berhasil membalaskan dendam kematian seorang bapak, saudara suami, atau orang orang tercinta dari majikan mereka.

Hindun bin Utbah sangat mendendam kepada Hamzah. Ia telah menjanjikan hadiah besar dan kebebasan kepada seseorang budak apabila berhasil membunuh Hamzah. Kini, Wahsyi mulai menjalankan tugasnya. Ia mengendap dengan lincah kesana kemari untuk mencari di mana Hamzah bin Abdul-Muththalib berada. (bersambung)


------

Kisah sebelumnya:

Strategi Perang Rasulullah pada Perang Uhud 

Pemuda Muslim Siap Menyongsong Pasukan Kafir Quraisy

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama