Muhammadiyah Sudah Miliki 426 Pondok Pesantren

PENDIDIKAN USTADZ. Unismuh Makassar meluncurkan Pendidikan Ustadz Pesantren Muhammadiyah (PUPM), di Aula Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Unismuh Makassar, Rabu, 10 Agustus 2022. (ist)









------

Rabu, 10 Agustus 2022

 

 

Muhammadiyah Sudah Miliki 426 Pondok Pesantren

 

 

- Unismuh Makassar Luncurkan Pendidikan Ustadz Pesantren Muhammadiyah

 

 

MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Tekad Muhammadiyah membenahi pondok pesantren bukan isapan jempol semata. Langkahnya sistematis dan bersifat jangka panjang.

Bermula dari Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar tahun 2015, yang memutuskan pembentukan Lembaga Pengembangan Pesantren Muhammadiyah (LP2M).

Saat baru didirikan, jumlah pondok pesantren Muhammadiyah hanya 127 buah, yang tersebar di 15 Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) se-Indonesia.

“Alhamdulillah, hari ini pondok pesantren Muhammadiyah telah berjumlah 426 buah. Sekarang tinggal tujuh PWM yang belum punya pondok pesantren,” ungkap Ketua LP2M PP Muhammadiyah, Dr Masykuri.

Hal itu ungkapkan dalam sambutannya pada acara Peluncuran Pendidikan Ustadz Pesantren Muhammadiyah (PUPM) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, di Aula Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Unismuh Makassar, Rabu, 10 Agustus 2022.

Hadirnya Pendidikan Ustadz Pesantren Muhammadiyah (PUPM), katanya, merupakan respons terhadap sejumlah tantangan yang dihadapi pondok pesantren Muhammadiyah.

“Masih adanya tata kelola pesantren yang belum baik, lulusan yang dilahirkan belum sesuai ideologi. Ke depan lulusan pesantren Muhammadiyah, harus memiliki daya saing, seperti penguasaan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Itulah antara lain Azbabun Nuzul PUPM ini,” tutur Masykuri.

PP Muhammadiyah telah meluncurkan PUPM sejak November 2021.

“Alhamdulillah, saya bersyukur Unismuh menjadi perguruan tinggi Muhammadiyah pertama di Indonesia yang meluncurkan program ini,” tambah Masykuri.

 

Tujuan PUPM

 

Ada tiga tujuan PUPM. Pertama, PUPM bertujuan menyiapkan ustadz dengan basis ideologi Kemuhammadiyahan yang kuat. 

“PUPM juga bertujuan melahirkan ustadz yang memiliki kompetensi kepribadian, kompetensi professional, dan kompetensi pedagogik,” jelas Masykuri.

Hal yang tak kalah penting, katanya, PUPM bertujuan menghasilkan ustadz yang memiliki komitmen dan tanggung jawab memajukan pesantren Muhammadiyah.

Secara spesifik, Masykuri menguraikan profil lulusan PUPM. Pertama, Tafaqquh fi ad-diin, yakni membaca dan memahami kitab at-turats, dan kemampuan berbahasa Arab dan Inggris aktif.

Kedua, dari aspek kependidikan dan kepesantrenan, alumni PUPM diharapkan memahami kurikulum dan pembelajaran di pesantren Muhammadiyah, serta memahami manajemen pesantren.

“Profil PUPM ketiga, yakni berideologi Muhammadiyah, dengan memahami Kepribadian Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, serta Ketarjihan,” jelas Masykuri.

Ia menambahkan bahwa program ini bersifat jangka panjang.

“Jika di Sulsel ada 31 pesantren, minimal kita butuh 310 orang ustadz pembina. Padahal dalam empat tahun, PUPM di Unismuh hanya bisa menghasilkan 40 orang. Namun semuanya harus kita mulai dan terencanakan sejak sekarang,” kata Masykuri.

Rektor Unismuh yang juga Ketua PWM Sulsel Prof Ambo Asse serta Anggota Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah Nurhadi PhD juga hadir memberikan sambutan dalam acara ini.

Selain peluncuran PUPM, digelar pula penandatangan Memorandum of Agreement (MoA) antara Rektor Unismuh dengan 21 Mudir Pesantren Muhammadiyah se-Sulsel. (zak)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama