Duduk Bersama Orang-orang Hebat

DISKUSI BUKU PUISI. Adi Suryadi Culla (baju putih), Rusdin Tompo (berdiri), Syahril Rani Patakkai (kedua dari kanan), dan Asnawin Aminuddin foto bersama pada acara Peluncuran dan Diskusi Buku Puisi “Mencari Rumah Sembunyi” karya Agus Saputra, di Roemah Masagena, Jl. Pengayoman, Makassar, Sabtu, 12 November 2022. (ist)






-----

PEDOMAN KARYA

Senin, 14 November 2022

 

 

Duduk Bersama Orang-orang Hebat

 

 

Bahagia rasanya bisa bertemu, duduk bersama, dan berbincang-bincang dengan orang-orang hebat. Dan itulah yg saya rasakan saat bertemu dan duduk satu meja bersama Dr. Adi Suryadi Culla, Syahril Rani Patakkai, dan Rusdin Tompo.

Kami bertemu pada acara Peluncuran dan Diskusi Buku Puisi “Mencari Rumah Sembunyi” karya Agus Saputra, di Roemah Masagena, Jl. Pengayoman, Makassar, Sabtu, 12 November 2022.

Adi Suryadi Culla sehari-hari akademisi Fisip Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, serta Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan (periode kedua).

Namanya cukup sering menghiasi media massa sebagai objek berita atau sumber berita. Beliau juga seorang penulis artikel opini dan penulis buku.

Karya bukunya antara lain “Masyarakat Madani: Pemikiran, Teori, dan Relevansinya dengan Cita-cita Reformasi”, “Masyarakat sipil dalam perspektif wacana dan aksi ornop di Indonesia studi kasus Walhi dan YLBHI dalam Era Orde Baru”, dan “REKONSTRUKSI CIVIL SOCIETY.”

“Bagaimana guru besar ta’?” tanya saya saat bertemu beliau.

“Belum,” jawabnya sambil tersenyum.

“Aih, banyaknya mi itu adik-adik ta’ barangkali yang sudah jadi guru besar,” kata saya.

“Banyakmi,” jawabnya masih sambil tersenyum.

“Berapa tahunmaki’ jadi doktor?” tanya saya lagi.

“Dua puluh tahun mi barangkali,” jawabnya sambil tertawa dan kami pun tertawa bersama.

Di meja yang sama kami juga ngobrol-ngobrol dengan Syahril Rani Patakkai Dg. Nassa. Oleh beberapa teman seniman dan sastrawan, namanya sering diplesetkan menjadi Syahril Rani Patakaki (bukan Patakkai).

Syahril Rani adalah seorang pensiunan guru, tapi ia lebih dikenal sebagai sastrawan, dan ciri khasnya adalah beliau sangat mahir menulis puisi dalam Bahasa Makassar, yang biasa juga disebut Sanjak Mangkasara’.

Beliau mungkin satu-satunya penulis Sanjak Mangkasara’ saat ini. Saya sudah lama mengenalnya, tapi baru akrab setelah sering bersama-sama dalam berbagai kegiatan yg diadakan Forum Sastra Indonesia Timur (Fosait).

Rusdin Tompo sejatinya seorang sarjana hukum alumni Unhas angkatan 87, tapi beliau lebih dikenal sebagai wartawan, penulis, dan sastrawan.

Rusdin Tompo pernah menjadi Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Sulawesi Selatan, dan saat ini Koordinator Perkumpulan Penulis SATUPENA Sulawesi Selatan. (asnawin)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama