Muhlis Madani: Saya Selalu Luangkan Waktu Meneliti dan Menulis

“Tanggung jawab dosen, bukan hanya mengajar. Apapun kesibukan saya, saya selalu meluangkan waktu untuk meneliti dan menulis. Jika saya diundang Pemda ke daerah, ya sekaligus saya gunakan kesempatan itu untuk melakukan penelitian, atau menulis topik yang relevan dengan daerah itu.”

- Muhlis Madani -


 


-----

PEDOMAN KARYA

Kamis, 23 Februari 2023

 

 

Muhlis Madani Dikukuhkan Guru Besar Unismuh Makassar (5):

 

 

Muhlis Madani: Saya Selalu Luangkan Waktu Meneliti dan Menulis

 

 

Oleh: Asnawin Aminuddin

 

Amanah sang ayah yang berharap anaknya bisa turut membesarkan Muhammadiyah dengan menjadi dosen di Unismuh Makassar, membuat Muhlis menunjukkan dedikasi dan pengabdian dalam berkarier di Unismuh Makassar.

Ketekunannya menjadi dosen di Jurusan Administrasi Negara, membuatnya diamanahkan sebagai Pembantu Dekan 1 FISIP Unismuh pada tahun 1993.

Sejak itu jabatan struktural di Unismuh seakan tak pernah berhenti menyapanya. Setelah menjadi Pembantu Dekan, ia pernah menjadi Dekan Fisip Unismuh sejak 2005 hingga 2017. Jabatan terakhir yang selesai diembannya sebelum ditetapkan menjadi guru besar adalah Asisten Direktur II Program Pascasarjana Unismuh Makassar (2017-2022).

“Prinsip saya, saya takkan mengejar jabatan, tapi jabatanlah yang bakal mengejar saya. Caranya, tunjukkan saja kinerja terbaik yang bisa kita lakukan saat diberi jabatan. Setahu saya, ini pulalah prinsip yang dijunjung di Muhammadiyah,” ungkap Muhlis, dengan suara bergetar.

Bagi Muhlis, menjadi dosen membuatnya harus terus belajar dan mengembangkan diri. Di zamannya, syarat menjadi dosen cukup dengan ijazah sarjana. Namun ia tak berhenti di situ, Muhlis menyelesaikan S2 di Unhas tahun 1997, dan S3 di Prodi Administrasi Publik Universitas Negeri Makassar (UNM) tahun 2010.

Meskipun berkutat di dunia kampus, Muhlis tak ingin terperangkap sekadar berada dalam kubangan teori dan pergaulan yang dibatasi dinding kampus. Hobinya berorganisasi sejak pemuda terus dilakoninya hingga saat ini.

Hampir semua jenis organisasi pernah diikutinya. Di masa muda, ia adalah aktivis KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia), dari tingkat Kota hingga Provinsi. Organisasi profesi guru, PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), juga digelutinya dan mendapat amanah sebagai Sekretaris PGRI Sulsel.

Di Muhammadiyah, ia pernah menjadi pengurus Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) pada periode Arsyad Taman. Sempat pula menjadi pengurus Lembaga Hikmah Muhammadiyah Sulsel.

Muhlis juga tercatat aktif di organisasi yang terkait dengan rumpun ilmu administrasi publik, yakni Indonesian Asscociation for Public Administration (IAPA). Ia pernah menjadi pengurus IAPA Sulsel hingga level Pusat.

Selain itu, ia juga masih aktif di organisasi seperti Kwarda Pramuka Sulsel, Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong (Kosgoro) Sulsel, hingga organisasi Ikatan Keluarga Masyarakat (IKM) Parepare.

 

Intelektual Publik

 

Kiprah Muhlis sebagai akademisi sekaligus aktivis, membuatnya kerap dipercaya sebagai tim seleksi lembaga negara, baik yang bersifat independen, maupun instansi pemerintahan. Tercatat, ia pernah menjadi Tim Seleksi KPU (Komisi Pemilihan Umum), Panwaslu (Panitia Pengawas Pemilu), hingga Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

Hingga saat ini, ia juga sering diundang sebagai Panitia Seleksi Job & Fit dan Assesment Lelang Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama  Eselon II, di Kabupaten Bantaeng, Maros, Bone, dan Wajo.

“Alhamdulillah, dalam semua kiprah publik dan pengabdian masyarakat itu, saya dikenal sebagai akademisi Unismuh. Itulah sumbangsih kecil saya dalam memperkuat branding kampus di mata publik,” ujar Muhlis.

Jika melihat aktivitas Muhlis, nampaknya ia tak memiliki waktu untuk menulis. Namun, ternyata asumsi itu tidak benar. Meski sesibuk apapun, Muhlis selalu meluangkan waktu untuk meneliti dan menulis.

“Tanggung jawab dosen, bukan hanya mengajar. Apapun kesibukan saya, saya selalu meluangkan waktu untuk meneliti dan menulis. Jika saya diundang Pemda ke daerah, ya sekaligus saya gunakan kesempatan itu untuk melakukan penelitian, atau menulis topik yang relevan dengan daerah itu,” ungkapnya.

Pernyataan Muhlis bukan pepesan kosong belaka. Ia telah menulis 72 artikel, baik di jurnal nasional, maupun internasional bereputasi.

Rekam jejak Tri Dharma perguruan tinggi itulah yang mengantarnya meraih jabatan Guru Besar dalam Bidang Administrasi Publik di Unismuh Makassar.

Penetapan Muhlis sebagai guru besar, tertuang dalam SK Mendikbudristek Nadiem Makarim Nomor 70401/MPK.A/KP.07.01/2022, yang ditetapkan di Jakarta, 22 November 2022. (bersambung)


-----

Artikel sebelumnya:

Muhlis Madani: Kalau Tidak Diterima di Unhas atau IKIP, Saya Tidak Usah Kuliah

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama