------
Senin, 21 April 2025
Wamen Dikdasmen
Hadiri Milad ke-55 Ponpes Darul Arqam Muhammadiyah Gombara Makassar
MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA).
Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Prof Atip Latipulhayat, menghadiri
Peringatan Milad ke-55 Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Arqam Muhammadiyah
Gombara Makassar, Sabtu, 19 April 2025.
Juga hadir Kepala Dinas Pendidikan
Provinsi Sulawesi Selatan, Iqbal Najamuddin, mewakili Gubernur Sulsel, Ketua
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan, Prof Ambo Asse, Konsorsium
Mudir Pesantren KH Lukman Abdul Shamad, serta seribuan santri, alumni, tokoh
Muhammadiyah, dan pejabat pemerintah daerah.
Wamen Dikdasmen Atip Latipulhayat yang
didapuk memberikan sambutan mengatakan, Muhammadiyah bukan sekadar organisasi
keagamaan, melainkan kekuatan peradaban dan mitra strategis negara dalam
membangun pendidikan nasional yang unggul dan inklusif.
“Dalam konteks pendidikan, negara belajar banyak dari Muhammadiyah. Bukan hanya karena skala lembaganya, tetapi karena keteladanan nilai dan keberlanjutan kaderisasinya,” ujar Atip.
Wamen juga menyoroti pentingnya relasi spiritual antara guru dan murid—istilah yang kini mulai digunakan kembali menggantikan “peserta didik”—seraya menyebut bahwa pendekatan Muhammadiyah dalam pendidikan menghidupkan kembali makna thalabul ‘ilmi yang berakar pada tradisi ruhani dan keikhlasan.
Ia menekankan bahwa pemerintah tengah
mendorong revitalisasi sarana pendidikan, perbaikan mutu guru, dan perluasan
akses bantuan untuk lembaga swasta, termasuk pesantren Muhammadiyah.
“Karena realitanya, 96 persen PAUD (Pendidikan
Anak Usia Dini) dan sebagian besar sekolah menengah dikelola swasta. Negara
tidak mungkin berjalan sendiri,” tegas Atip.
Ia pun memuji Pondok Pesantren Darul Arqam
Muhammadiyah Gombara Makassar sebagai model kaderisasi ulama dan pemimpin yang
layak dijadikan teladan nasional.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah
Sulawesi Selatan, Prof Ambo Asse, mengajak seluruh elemen persyarikatan Muhammadiyah
untuk menempatkan pesantren sebagai bagian dari medan jihad fi sabilillah.
Dalam sambutannya yang penuh haru, Prof
Ambo menyatakan bahwa Ponpes Darul Arqam Muhammadiyah Gombara Makassar bukan
sekadar Amal Usaha, melainkan juga laboratorium kaderisasi, pusat dakwah, dan
medan amal ikhlas.
“Kita tidak boleh melupakan ruh perjuangan
para pendiri. Hari ini, kita harus melanjutkan amanah mereka dengan sistem yang
lebih kokoh, adaptif, dan berorientasi masa depan,” kata Prof Ambo.
Sejarah dan Kiprah Gombara
Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Gombara
Makassar yang lebih dikenal dengan sebutan Pesantren Gombara Makassar, bukan sekadar
lembaga pendidikan, melainkan tapal batas historis dari keberanian kader-kader
awal Muhammadiyah membangun sistem kaderisasi ulama yang terintegrasi antara
ilmu, amal, dan akhlak.
Pendirian pesantren pada tahun 1971 adalah
respons atas kebutuhan mendesak untuk menghadirkan sistem pendidikan kader
Muhammadiyah yang mandiri di kawasan timur Indonesia.
“Taipa Le’leng yang hari ini kita kenal
sebagai Gombara adalah saksi atas wakaf perjuangan dari para tokoh seperti KH
Abdul Jabbar Asiri hingga Doktor S Majidi,” kata Konsorsium Mudir Pesantren Muhammadiyah
Sulawesi Selatan KH Lukman Abdul Shamad Lc MPd.
Lukman juga menyebut bahwa pesantren ini
telah melahirkan tokoh-tokoh nasional dan internasional, seperti Imam Shamsi
Ali di New York dan Anis Matta, Wakil Menteri Luar Negeri RI. Ia menegaskan
bahwa masa depan Ponpes Darul Arqam Gombara Makassar diarahkan pada penguatan
kelembagaan dan tata kelola modern tanpa meninggalkan ruh kaderisasi ulama.
Berbagai pertunjukan seni, dan budaya
mewarnai pelaksanaan milad. Semua atraksi dirsembahkan oleh para santri. (asnawin)
