------
PEDOMAN KARYA
Sabtu, 24 Mei 2025
Kisah Nabi Muhammad SAW (14):
Aminah Wafat dalam Perjalanan Pulang dari Madinah ke Mekah
Penulis: Abu Hasan Ali An-Nadwi
Tidak lama kemudian, datanglah seseorang
bernama Waraqah bin Naufal dan seorang temannya dari Quraisy. Keduanya
menyerahkan Muhammad kepada Abdul Muthalib, “Ini anakmu, kami menemukannya di
Mekah Atas.”
Alangkah lega dan gembiranya Abdul
Muthalib.
“Cucuku!” katanya sambil mendekap
Muhammad.
Abdul Muthalib memperhatikan cucunya
dengan wajah berseri-seri, “Apakah kamu mau kakek ajak menunggangi unta yang
hebat?”
“Mau. Tetapi, mana untanya kek?” tanya
Muhammad dengan hati senang.
Sambil tertawa, orang tua itu mengangkat
Muhammad dan mendudukkannya di atas bahu.
“Kau kini telah menduduki untanya, nak!
Ha....ha....ha....” kata Abdul Muthalib sambil tertawa.
“Wah, unta hebatnya kok sudah tua ya kek?”
kata Muhammad juga sambil tertawa-tawa.
“Biar tua, tapi ini unta yang hebat,
cucuku! Lihat unta ini mampu mengajakmu berthawaf mengelilingi Ka’bah,” kata
Abdul Muthalib.
Abdul Muthalib membawa Muhammad berthawaf
di Kabah. Setelah itu ia memintakan perlindungan Tuhan untuk cucunya itu dan
mendoakannya.
“Mari kita menemui ibumu sekarang,” ajak
Abdul Muthalib.
Alangkah senangnya anak dan ibu itu ketika
mereka saling bertemu. Walaupun demikian, tersisip kesedihan di hati Muhammad
ketika ia melepas Halimah As-Sa'diyah, ibu susu yang selama ini telah
merawatnya dengan limpahan kasih yang demikian besar.
“Selamat tinggal Muhammad. Jadilah orang
besar seperti yang pernah dikatakan ibumu,” kata Halimah sambil beranjak pergi.
Sampai dewasa, Muhammad tidak pernah
memutuskan tali silaturrahim dengan ibu susunya itu.
Gembala Kambing
Mulai dari hidupnya di Bani Sa’ad sampai
masa kecilnya di Mekah, hidup Nabi Muhammad dilalui sebagai seorang gembala.
Waraqah bin Naufal
Waraqah bin Naufal adalah paman Khadijah
(kelak Khadijah menjadi istri Muhammad). Waraqah bin Naufal tidak menyukai
berhala. Ia tetap mengikuti ajaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, menjadi hamba
Allah yang setia.
Ia tidak meminum minuman keras dan tidak
berjudi. Ia bermurah hati terhadap orang orang miskin yang membutuhkan
pertolongannya.
Di Bawah Asuhan Kakek
Sejak itu, Abdul Muthalib bertindak
sebagai pengasuh cucunya. Ia mengasuh Muhammad dengan sungguh-sungguh dan
mencurahkan segala kasih sayangnya.
Abdul Muthalib adalah pemimpin seluruh
Quraisy dan seluruh Mekah. Untuk dia, diletakkan hamparan khusus tempatnya
duduk di bawah naungan Ka’bah. Anak-anak beliau, paman-paman Muhammad, tidak
ada yang berani duduk di tempat itu. Mereka duduk di sekeliling hamparan itu
sebagai penghormatan kepada ayah mereka.
Suatu saat, Muhammad kecil yang montok itu
duduk di atas hamparan tersebut. Serentak paman-paman beliau langsung memegang
dan menahan Muhammad agar tidak duduk di atas hamparan.
Namun, ketika Abdul Muthalib datang dan
melihat kejadian tersebut, dia berkata: “Biarkan anakku itu. Demi Allah,
sesungguhnya dia akan memiliki kedudukan yang agung.”
Kemudian, Abdul Muthalib duduk di atas
hamparan tersebut sambil memangku Muhammad. Dielus-elusnya punggung Muhammad
penuh sayang. Abdul Muthalib bergembira dengan apa yang dilakukan cucunya itu.
Lebih-lebih lagi, kecintaan kakek kepada
cucunya itu timbul ketika Aminah kemudian berniat membawa Muhammad ke Yatsrib
untuk diperkenalkan kepada saudara-saudara ibunya dari keluarga Najjar.
Perjalanan ini juga bertujuan menengok
makam Abdullah, ayah Muhammad. Sudah lama Aminah memendam keinginan untuk
menengok makam suami tercintanya itu. Kini, ia akan berangkat dengan ditemani
putranya seorang.
Aminah Wafat
Dalam perjalanan itu, Aminah membawa Ummu
Aiman, budak perempuan peninggalan Abdullah. Sesampainya di Yatsrib, mereka
disambut oleh saudara-saudara Aminah. Kepada Muhammad diperlihatkan rumah
tempat ayahnya meninggal dulu serta tempat ia dikuburkan.
Itu adalah saat pertama Muhammad
benar-benar merasa dirinya sebagai anak yatim. Apalagi ia mendengar ibunya
bercerita panjang lebar tentang sang ayah tercinta yang setelah beberapa waktu
tinggal bersama-sama, kemudian meninggal dunia.
(Di kemudian hari, setelah hijrah, pernah
juga Rasulullah SAW menceritakan kepada sahabat-sahabatnya tentang kisah
perjalanan masa kecil beliau ke Yatsrib yang saat itu telah berubah nama
menjadi Madinah. Beliau amat terkenang dengan perjalanan bersama ibunya itu,
kisah perjalanan penuh cinta pada Madinah, kisah penuh duka pada orang yang
ditinggalkan keluarganya.)
Sesudah cukup sebulan tinggal di Madinah,
mereka pun bersiap pulang. Mereka berjalan dengan menggunakan dua ekor unta
yang mereka bawa dari Mekah.
Akan tetapi, di tengah perjalanan, di
sebuah tempat bernama Abwa (sebuah dusun yang terletak di antara Madinah dengan
Juhfa. Jaraknya 37 km dari Madinah), Aminah menderita sakit hingga kemudian
meninggal di tempat itu.
“Ibu! Ibu!” panggil Muhammad kepada ibunya
yang sudah wafat.
Dalam pelukan Ummu Aiman, dengan air mata
meleleh, Muhammad menyaksikan tubuh ibunya dikuburkan di tempat itu.
Pada usia enam tahun. Muhammad SAW telah
menjadi seorang anak yatim piatu. (bersambung)
.....
Kisah sebelumnya:
