![]() |
| Sebuah kapal tunda memadamkan api di kapal Conscience milik Armada Kebebasan Gaza di luar wilayah perairan Malta, 02 Mei 2025. (selebaran Pemerintah Malta) |
------
PEDOMAN KARYA
Ahad, 04 Mei 2025
Kebiadaban Israel:
Minta Tolong, Tapi Tetap Menyerang
Oleh: Najamuddin Petta Solong
(Dosen IAIN Sultan Amai Gorontalo)
Asnawin menulis di Pedoman Karya (3 Mei
2025) yang menarik direspon kembali terkait perilaku Israel yang aneh bin
ajaib, dan memang itulah potret yang tampak di mata dunia. Betapa tidak, di
tengah kebakaran hutan yang melanda wilayahnya, Israel mengiba dan meminta
bantuan internasional untuk memadamkan api.
Namun, di saat yang sama, mereka justru
melemparkan api kebencian dan kehancuran ke wilayah Palestina dengan melakukan
serangan terhadap kapal bantuan kemanusiaan untuk Palestina. Tangan yang satu
meminta tolong, tangan yang lain melempar granat.
Sungguh merupakan contoh kebiadaban yang
nyata. Tindakan ini tak diragukan lagi menunjukkan bahwa Israel hanya
memikirkan kepentingan dirinya sendiri, tanpa sedikit pun empati terhadap
penderitaan orang lain. Mereka mengharap belas kasih dunia, tetapi tidak tahu
cara memberi belas kasih kepada sesamanya.
Menurut laporan dari Al Jazeera, kebakaran
hutan yang melanda Israel telah membakar sekitar 5.000 hektar lahan hutan dan
memaksa ribuan orang untuk mengungsi (Al Jazeera, 2025). Namun, sementara
Israel meminta bantuan internasional untuk memadamkan kebakaran, mereka terus
melakukan serangan terhadap Palestina.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu,
memang memohon bantuan internasional untuk memadamkan kebakaran hutan yang
melanda negaranya, tetapi tindakannya ini tidak disertai dengan itikad baik
untuk membantu menyelesaikan konflik dengan Palestina. Sebaliknya, Israel terus
melakukan serangan terhadap Palestina, membunuh rakyat sipil dan menghancurkan
infrastruktur mereka.
Menurut laporan BBC News, sebuah kapal
bantuan kemanusiaan yang membawa obat-obatan dan makanan untuk Palestina
diserang oleh militer Israel, meskipun kapal tersebut berada di perairan
internasional (BBC News, 2025). Ini bukan hanya pelanggaran hukum internasional,
tetapi juga penghinaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang seharusnya
dijunjung tinggi.
Tindakan Israel ini menunjukkan bahwa
mereka tidak dapat dipercaya dan tidak memiliki itikad baik untuk membantu
menyelesaikan konflik. Sudah sejak lama Israel memang tidak dapat dipercaya dan
tidak memiliki itikad baik untuk membantu menyelesaikan konflik. Mereka tidak
ingin berdialog, hanya ingin mendikte. Mereka tidak ingin hidup berdampingan,
tetapi ingin Palestina bertekuk lutut.
Menurut laporan dari CNN, serangan Israel
terhadap Palestina telah menyebabkan banyak korban jiwa dan kerusakan
infrastruktur (CNN, 2025). Mencermati hal tersebut sebagai warga bangsa yang
cinta damai harus terus mendukung dan berkontribusi membantu perjuangan
Palestina dan menuntut Israel untuk bertanggungjawab atas tindakannya. Dunia
melihat ini, namun terlalu banyak yang bungkam. Diam, padahal jelas kezaliman
dipertontonkan secara terang-terangan.
Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan, kita tidak boleh berpangku tangan. Kita harus terus
bersuara, mendukung perjuangan rakyat Palestina, dan menuntut Israel untuk
bertanggung jawab atas segala kejahatan kemanusiaan yang telah mereka lakukan.
Kesadaran dan kepedulian kita terhadap
isu-isu kemanusiaan di Palestina penting untuk diasah dan ditingkatkan serta
terus menuntut pemerintah untuk mengambil tindakan yang lebih konkret untuk
membantu menyelesaikan konflik, karena sesungguhnya kemanusiaan tidak mengenal
batas negara atau agama.
Pemerintah Indonesia pun semestinya
bersikap lebih tegas dan aktif dalam diplomasi internasional, agar suara
Palestina tidak tenggelam dalam riuh rendah kepentingan politik global.
Kemanusiaan tidak mengenal batas negara,
ras, ataupun agama. Ketika satu kelompok ditindas, maka semua manusia merdeka
semestinya berdiri bersama mereka. Kita tidak sedang membela satu bangsa,
melainkan memperjuangkan martabat dan hak hidup sesama manusia.
Bangsa yang berperikemanusiaan tentu harus
ikut berjuang untuk keadilan dan perdamaian bagi semua orang, tanpa memandang
latar belakang atau agamanya. Kebiadaban yang terus dipertontonkan secara kasat
mata dunia sejatinya meminta kita terus mendukung perjuangan Palestina dan
menuntut Israel untuk bertanggung jawab atas tindakannya.
Kebiadaban Israel yang terus berlangsung
adalah panggilan bagi nurani kita untuk tidak diam. Sebab diam adalah bentuk
pengkhianatan terhadap kemanusiaan itu sendiri.
Allah, pada hakikatnya, selalu bersama
orang-orang yang berada di jalan kebaikan. Maka jangan pernah ragu untuk
berpihak kepada yang lemah, membela yang dizalimi, dan mengutuk setiap bentuk
penjajahan, di mana pun itu terjadi. Di sinilah tempat kita berdiri—bersama
Palestina, bersama kemanusiaan.***
