------
Rabu, 25 Juni 2025
WR 1 Unpacti
Makassar Imam Mukti Raih Doktor Sosiologi di UNM
MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Wakil
Rektor I Universitas Pancasakti (Unpacti) Makassar, Imam Mukti, berhasil meraih
gelar doktor dalam bidang ilmu sosiologi setelah mempertahankan disertasinya di
hadapan delapan tim penguji Ujian Promosi Doktor, di Kampus Program Pascasarjana
(PPs) Universitas Negeri Makassar (UNM), Jl. AP Pettarani, Makassar, Rabu, 25
Juni 2025.
Imam Mukti mengusung judul: “Pola Relasi
Partai Politik, Figur dan Konstituen dalam Kontestasi Pemilihan Kepala Daerah
Tahun 2020 di Kota Makassar”, di hadapan tim penguji terdiri atas Prof Romansyah
Sahabuddin (Ketua Sidang / Wakil Direktur III PPs UNM), Prof Syamsu Andi
Kamaruddin (Penguji Internal / Ketua Prodi S3 Sosiologi).
Juga Prof Arlin Adam (Promotor), Prof Syamsidah
(Ko-promotor), Dr Ibrahim SAg MPd (Penguji Internal), Dr M Ridwan Said Ahad SSos
MPd (Penguji Internal), Dr Imam Suyitno MSi (Penguji Internal), dan Dr Muhammad
Iqbal Latief MSi (Penguji Eksternal).
Ketua Sidang Prof Romansyah Sahabuddin di
akhir sidang mengatakan, Imam Mukti menyelesaikan studi dengan predikat
cumlaude, dan tercatat sebagai doktor ke-1.589 PPs UNM, dan doktor ke-222
Program Studi S3 Sosiologi.
Ujian promosi doktor Imam Mukti turut
dihadiri Rektor Unpacti Makassar Dr Ampauleng, Wakil Rektor II Nur Afny Shahnyb
SE MM, Dekan FKIP Unpacti Muhammad Taqwin SPd MPd, Dekan Fisip Dr Erniwati, serta
sejumlah pejabat, dosen dan karyawan Unpacti Makasar.
Imam Mukti dalam disertasinya mengatakan,
berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan terkait dengan
fenomena pola relasi partai politik, figur dan konstituen dalam kontestasi
pemilihan kepala daerah tahun 2020 di Kota Makassar, maka ditarik kesimpulan bahwa
relasi antara partai politik dan figur politik bersifat transaksional, di mana
kepentingan material dan kekuasaan menjadi pengikat utama, sedangkan pola
relasi antara partai politik dan figur terhadap konstituen, bersifat Rasional
Instrumental.
“Strategi komunikasi politik yang
digunakan oleh figur dalam membangun relasi dengan partai politik dan
konstituen mengedepankan politik simbolik dan penggunaan uang sebagai alat
utama dalam membangun relasi, menekankan pada peningkatan popularitas figur politik,
penggunaan retorika politik yang efektif, serta pemanfaatan media massa,” tutur
Imam Mukti.
Popularitas figur, lanjutnya, menjadi
aspek penting dalam menarik perhatian dan dukungan dari partai politik maupun
konstituen. Retorika politik digunakan untuk membentuk persepsi positif di mata
publik, sementara media massa dimanfaatkan sebagai alat utama untuk menyebarkan
pesan dan mempengaruhi opini publik.
“Solusi teoritik yang diajukan untuk
memperbaiki pola relasi dalam pemilihan kepala daerah mencakup peningkatan
transparansi dan akuntabilitas, edukasi politik bagi masyarakat, serta
peningkatan kualitas figur politik,” kata Imam Mukti.
Transparansi dan akuntabilitas, lanjutnya,
diperlukan untuk membangun kepercayaan publik terhadap proses politik. Edukasi
politik penting untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang
hak dan tanggung jawab mereka sebagai pemilih.
“Peningkatan kualitas figur politik melalui seleksi yang lebih ketat dan pembinaan yang berkelanjutan diharapkan dapat menghasilkan pemimpin yang lebih kompeten dan berintegritas,” kata Imam Mukti. (asnawin)
