----
Rabu, 30 Juli 2025
Merayakan Hari Puisi Indonesia (HPI) 2025:
Dewan Kesenian
Sulsel Canangkan Hari Puisi Sulawesi Selatan 2026
Oleh: Mahrus Andis
Otonomi berkesenian, memang menjadi milik
semua rakyat di penjuru Nusantara. Hari Puisi Indonesia (HPI) yang sejak 13
tahun lalu dideklarasikan oleh beberapa penyair di Kepulauan Riau dipimpin
Sutardji Calzoum Bachri, sudah menjadi milik nasional.
Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, Jumat
kemarin di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, menetapkan secara resmi Hari
Puisi Indonesia (HPI), tanggal 26 Juli. Penetapan tersebut berdasarkan
kelahiran penyair Angkatan 45, Chairil Anwar, 26 Juli 1922.
Momentum Hari Puisi Indonesia ini menjadi
inspirasi yang tepat bagi kalangan penyair di Sulawesi Selatan untuk ikut
menimbang sejauh apa perjalanan sejarah perpuisian di daerahnya.
Maka sosok A.M. Dg. Myala, seorang penyair
Angkatan Pujangga Baru yang lahir di Makassar, 2 Januari 1909, menjadi dasar
kesepakatan untuk penetapan Hari Puisi Sulawesi Selatan (HPSS).
Deklarasi Hari Puisi Sulsel, Senin 28 Juli
2025, dilakukan oleh Ketua Dewan Kesenian Sulawesi Selatan yang juga Wakil
Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM), Prof. Dr. Arifin Manggau, di Saopanrita UNM, Parangtambung,
Makassar, Senin, 28 Juli 2025.
Acara ini ditandai dengan pembubuhan tanda
tangan oleh sejumlah penyair di atas selembar spanduk berwarna putih. Deklarasi
berlangsung malam hari dan merupakan puncak acara setelah dilaksanakan berbagai
kegiatan sebelumya, yaitu lomba seni mural, pameran buku, diskusi dan
penerbitan Antologi Puisi Bersama berjudul “Sayap-sayap Indonesia.”
Kegiatan HPI 2025 menyongsong HPSS 2026,
merupakan ide spontanitas dari kalangan penyair yang dimotori Asia Ramli
Prapanca dari Komite Sastra Dewan Kesenian Sulsel.
“Hari Puisi Indonesia yang sudah
diresmikan oleh Menteri Kebudayaan, 26 Juli 2025, tetap dirayakan setiap tahun.
Dan di tahun yang sama itu, setiap 2 Januari, kita memperingati pula Hari Puisi
Sulawesi Selatan dengan berbagai event perpuisian,” kata Dr. H. Asia Ramli Prapanca
yang juga dosen UNM.
Selanjutnya, Ram (panggilan akrab Asia
Ramli Prapanca) menjelaskan bahwa kegiatan ini berjalan secara “gotong royong”,
termasuk penerbitan buku antologi puisi yang menghadirkan narasumber sesuai
ahli di bidangnya, yaitu Mahrus Andis (pemikir budaya dan kritikus sastra),
Aslan Abidin (penyair dan akademisi), serta Rusdin Tompo (organisator dan
pegiat sastra).
“Mereka adalah sastrawan murni,
orang-orang ikhlas yang selalu siap membagikan ilmunya,” tambah Ram Prapanca,
sutradara teater yang sering pentas di luar negeri itu, ketika memberi
pengantar pada sesi diskusi.
Teks Deklarasi Hari Puisi Sulsel 2026
Mengawali pertunjukan kesenian dan
penampilan para penyair membacakan puisinya, Ketua Dewan Kesenian Sulsel (DKSS)
Arifin Manggau menyampaikan deklarasi.
Adapun teks deklarasi dimaksud berbunyi
seperti berikut:
DEKLARASI
PENCANANGAN HARI PUISI SULAWESI SELATAN
(HPSS) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
PADA HARI INI, SENIN 28 JULI 2025, DEWAN
KESENIAN SULAWESI SELATAN BERSAMA SEGENAP PENYAIR & KOMUNITAS LITERASI
SASTRA, MENYAMPAIKAN DEKLARASI:
1. MENDUKUNG HARI PUISI INDONESIA (HPI),
TANGGAL 26 JULI SESUAI PENETAPAN OLEH MENTERI KEBUDAYAAN RI, 26 JULI 2025 DI
TAMAN ISMAILMARZUKI JAKARTA,
2. MENCANANGKAN HARI PUISI SULAWESI
SELATANPADA TGL 2 JANUARI BERDASARKAN HARI KELAHIRAN A.M. DG. MYALA , PENYAIR
INDONESIA ANGKATAN PUJANGGA BARU,
3. PERINGATAN HARI PUISI SULAWESI SELATAN DILAKUKAN
SETIAP TAHUN DAN DIMULAI TGL 2 JANUARI 2026 DEMIKIAN DAN TERIMA KASIH DEWAN
KESENIAN SULAWESI SELATAN
KETUA
ARIFIN MANGGAU
A.M. Dg. Myala
A.M. Dg. Myala, Penyair Angkatan Pujangga
Baru, 1930-an. Dipetik dari beberapa sumber, termasuk googlenet, sastrawan ini
bernama lengkap Abdul Muin Daeng Myala. Selain nama aslinya, penyair ini sering
pula menggunakan nama A. M. Thahir.
Dg. Myala tercatat di dalam sejarah sastra
Indonesia sebagai penyair Angkatan Pujangga Baru. Walaupun pendidikan formalnya
hanya setingkat sekolah rendah, namun berkat usaha gigihnya dengan belajar
secara autodidak, akhirnya pada tahun 1928 ia dipercaya menjadi guru di HIS
(Hollandsch Inlandsche School) Muhammadiyah. Tidak hanya mejadi guru, Myala
juga bekerja di Dewan Redaksi Majalah Poedjangga Baroe, 1933. l
Keaktifan di Makassar
Pada 1929 Myala diangkat sebagai pekerja
di Dinas Perdagangan. Setahun kemudian pada tahun 1930 Myala kembali menjadi
guru, di Holland Dinijah School, semacam madrasah sekarang. Holland Diniyah ini
ada di Makassar.
Pada zaman Jepang, A.M.Dg. Myala menjadi
pegawai Makassar Siyakusyo dan Selebes Minseibu. Setelah masa kemerdekaan,
Myala menjadi pegawai Kementerian Penerangan Negara Indonesia Timur pada masa
Republik Indonesia Serikat (RIS).
Myala pernah pula diperbantukan pada
Kementerian Pengajaran Negara Indonesia Timur. Tugas tersebut diemban sambil
mengasuh majalah Boedaja bersama M.R. Dajoh.
Beberapa Karya A. M. Dg. Myala
Karya-karyanya yang berbentuk puisi,: (1)
"Kekasih" (Pandji Poestaka), (2) "Di dalam Taman" (Pandji
Poestaka 1932), (3) "Jangan Kecewa" (Pandji Poestaka 1932), (4)
"Bunga Melati" (Pandji Poestaka, 1932), (5) "Jangan
Katakan" (Pandji Poestaka, 1932).
(6) "Jangan Sangkakakan" (Pandji
Poestaka, 1932), (7) "Aku Tahu Tuan Tak Tahu" (Pandji Poestaka,
1932), (😎
"Dimana Gerangan Dinda Utama?" (Pandji Poestaka, 1932), (9)
"Jika Tidak" (Pandji Poestaka, 1932), (10) "Keluh" (Pandji
Poestaka, 1932).
(11) "Kecewa (Pandji Poestaka, 1932),
(12) "Bimbang" (Pandji Poestaka, 1932), (13) "Keluh dan
Sangka" (Pandji Poestaka, 1932), (14) "Mudah Bestari" (Pudjangga
Baroe, 1933), (15) "Indonesia Tanah Airku" (Pudjangga Baroe, 1933).
(16) "Gubahan" (Pudjangga Baroe,
1939), (17) "Ada Hiburan" (Pudjangga Baroe, 1937), (18) "O,
Manusia" (Pudjangga Baroe, 1941), (19) "Betapa Tidak" (Siasat,
1948), (20) "Penyapu Jala" (Siasat, 1948), (21) "Buahnya"
(Budaja, 1947), (22) "Bukan" (Budaja, 1947), (23) "Cahaya
Hati" (Budaja, 1947).
(24) "Gugur Melati" (Budaja,
1947), (25) "Percayalah, Kawan" (Sulawesi, 1958), (26)
"Pesan" (Sulawesi, 1958), (27) "Bimbang" (Berita
Kebudajaan, 1952), (28) "Ada Aku" (Berita Kebudajaan, 1952), (29)
"Pesan" (Berita Kebudajaan, 1952).
Karya-karyanya yang berbentuk prosa: (1)
"Aku dan Bantimurung (Budaja, 1948), (2) "Dalam Gelanggang"
(Budaja, 1948), (3) "Demikian Hendaknya" (Budaja, 1948), (4) "Di
bawah Arus Gelombang Masa" (Budaja, 1948), (5) "Jika Cinta Sudah
Terjalin" (Budaja, 1948).
(6) "Kenang-kenangan (Budaja, 1948), (7)
"Kisah yang Bukan Kisah Tapi yang Kisah Pula" (Budaja, 1948), (😎
"Lebur" (Budaja, 1948), (9) "Mengembara (Budaja, 1948), (10)
"Manusia Dewa" (Pudjangga Baroe, 1949). dll.
Dari referensi kesejarahan sastra
Indonesia, nama A. M. Dg. Myala tidaklah kecil. Ia sastrawan pejuang
kemerdekaan yang, sudah pasti, ikut andil dalam pergerakan nasional “Sumpah
Pemuda”, 1928.
Ia sosok pemikir kebudayaan selevel
Chairil Anwar dan sastrawan lainnya.
Antologi Puisi “Sayap-sayap Indonesia”
Buku Antologi Puisi Bersama berjudul “Sayap-sayap
Indonesia” ini adalah geliat sukma kreativitas para penyair Sulawesi Selatan.
Ini sebentuk “teriakan moral” yang menghimpun gagasan, perasaan dan ideologi
kebangsaan para penyair melalui bait-bait puisinya.
Kurang lebih 100 puisi yang terhimpun di
dalam antologi tersebut, ditulis para penyair yang sudah lama “berguling-guling”
di habitat perpuisian Indonesia, baik lokal maupun nasional.
Nama-nama seperti Asia Ramli Prapanca, M.
Amir Jaya, Moh. Hasymi Ibrahim, Rusdin Tompo, Anwar Nasyaruddin, Aslam Katutu,
Syahril Patakaki, Irwan AR, Aslan Abidin, Idwar Anwar, Andi Marliah.
Syafruddin Muhtamar, Ramli S. Nawi, Risya
Marennu, Andi Rosnawati, Damar Dg. Manakku, Ishakim Arts, Chaeruddin Hakim, La
Ruhe, Irhyl Makkatutu, Bahar Merdu, dan
Mahrus Andis; adalah para penulis yang terlibat langsung mengikuti diskusi dan
deklarasi Hari Puisi Sulawesi Selatan malam itu.
Catatan ini tentu tidak lengkap sebab
hanya berdasar pada hasil tangkapan mata saya ketika acara sedang berlangsung.
Buku Antologi Puisi ini tergolong baik.
Satu kebanggaan karena hadirnya penulis-penulis senior dan penyair pemula yang
ikut membungai Antologi Puisi tersebut. Memang penampilan secara utuh belum
sempurna. Namun, tentu diharapkan tahun depan penerbitan buku semacam ini akan
lebih bagus, baik kualitas puisinya maupun disain cover, pengeditan, layout dan
cetaknya.
Demikian. Selamat ber-Hari Puisi Indonesia
(HPI) 2025, dan kita songsong Hari Puisi Sulawesi Selatan (HPSS) 2026. Teruslah
mengepakkan sayap-sayap Indonesia kita.***
Makassar, 29 Juli 2025
