Di Libanon Ada Kahlil Gibran, di Indonesia Ada Bahlil dan Gibran

“Di Libanon ada Kahlil Gibran, sedangkan di Indonesia ada Bahlil dan Gibran,” jawab Daeng Tompo’ sambil tersenyum.

 

-----

PEDOMAN KARYA

Selasa, 01 Juli 2025

 

Obrolan Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:

 

Di Libanon Ada Kahlil Gibran, di Indonesia Ada Bahlil dan Gibran

 

“Ternyata ada persamaan antara Libanon dan Indonesia,” kata Daeng Tompo’ kepada Daeng Nappa’ saat ngopi pagi di teras rumah Daeng Nappa’.

“Apa persamaannya?” tanya Daeng Nappa’ penasaran.

“Di Libanon ada Kahlil Gibran, sedangkan di Indonesia ada Bahlil dan Gibran,” jawab Daeng Tompo’ sambil tersenyum.

“Tidak sama itu!” ujar Daeng Nappa’ sambil tertawa.

“Yang penting mirip-mirip namanya,” kata Daeng Tompo’ juga sambil tertawa.

“Kahlil Gibran itu satu orang, sedangkan Bahlil dan Gibran itu dua orang,” kata Daeng Nappa’.

“Pokoknya mirip-mirip namanya,” kata Daeng Tompo’ masih sambil tersenyum.

“Kira-kira apa persamaannya antara Kahlil Gibran dengan Bahlil dan Gibran?” tanya Daeng Nappa’ setelah menyeruput kopinya.

“Sama-sama orang hebat,” jawab Daeng Tompo’.

“Apa kehebatannya?” tanya Daeng Nappa’.

“Kahlil Gibran hebat karena memiliki banyak kelebihan. Dia seorang filsuf, pakar teologi, seniman, penyair, dan penulis Lebanon-Amerika. Dan yang membuat Kahlil Gibran semakin terkenal karena bukunya yang berjudul ‘The Prophet’ atau ‘Nabi’ sangat laris dan sudah diterjemahkan ke dalam lebih dari 100 bahasa,” papar Daeng Tompo’.

“Kalau Bahlil, apa kehebatannya?” tanya Daeng Nappa’.

“Bahlil itu orang yang besar di Papua yang di masa sekolah sempat berjualan kue dan jadi sopir angkot, tapi ia kemudian menjadi pengusaha sukses, lalu jadi menteri dan terpilih sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar,” jawab Daeng Tompo’.

“Bagaimana dengan Gibran?” tanya Daeng Nappa’.

“Gibran lebih hebat lagi, karena usianya masih sangat muda tapi dia sudah jadi Wakil Presiden RI. Gibran dilantik jadi Wapres pada usia 37 tahun,” jawab Daeng Tompo’.

“Bagus barangkali kalau ada anak laki-laki yang lahir dikasi nama Bahlil Gibran,” ujar Daeng Nappa’ sambil tersenyum.

“Jangan!” kata Daeng Tompo’.

“Kenapa?” tanya Daeng Nappa’.

“Pokoknya jangan, kasi nama yang lain saja,” kata Daeng Tompo’ sambil tertawa dan keduanya pun tertawa-tawa. (asnawin)

 

Selasa, 01 Juli 2025


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama