-----
PEDOMAN KARYA
Rabu, 02 Juli 2025
In Memoriam:
Mimpi Prov Ivan Azis
Menjadikan Unhas Kampus Kelas Dunia
Oleh: Jamaluddin Jompa
(Rektor Universitas Hasanuddin)
Berita kepergian Prof. Ivan (Prov Ivan
Azis, dosen FMIPA Unhas, red) benar-benar mengguncang hati saya. Saya masih
ingat jelas, dulu kami duduk bersama di ruang kursus bahasa Inggris di Bali.
Sama-sama mempersiapkan diri untuk studi S3 ke Australia. Kami masih muda,
penuh semangat, dan membawa mimpi besar untuk almamater yang kami cintai.
Di situlah saya mengenal beliau bukan
hanya sebagai akademisi, tetapi sebagai sahabat seperjuangan—yang selalu punya
nyala tekad di matanya.
Tahun lalu, saya mendengar beliau sempat
sakit. Saya berniat menjenguk, tapi tak sempat. Saat ingin menengok, kabar yang
datang justru menyebutkan bahwa beliau telah mulai pulih. Maka saya lega. Saya
pikir, waktunya masih panjang, masih bisa berdiskusi dan bercengkrama seperti
biasa.
Tapi Tuhan berkehendak lain. Ketika kabar
tentang kondisi beliau yg sdh mulai parah 2 hari lalu, saya terpaku, rasanya
terlalu mendadak langsung drop, dan akhirnya meninggalkan kita selamanya menuju
ke haribaan Allah SWT. Rasanya seperti kehilangan sebuah cahaya—sosok yang
selama ini terang, bahkan saat kita berada di lorong paling gelap perjuangan
akademik.
Prof. Ivan adalah pribadi yang tak pernah
lelah bermimpi. Mimpinya besar: menjadikan Universitas Hasanuddin kampus kelas
dunia. Akhir tahun lalu beliau juga hadirkan dan pimpin "Functionally
Graded Materials Research Group - Hasanuddin University.
Reputasi global Prof. Ivan sangat baik,
baru saja saya cek di Scopus, Prof. Ivan telah menerbitkan 102 publikasi, dgn
H-Index 25. Walau kondisi kesehatannya sudah menurun, tapi tahun 2025 ini saja
sudah terbitkan lebih dari 10 publikasi pd umumnya di jurnal Q1.
Waktu saya ajak diskusi terakhir, kami
menginginkan Unhas punya data center yang tangguh, berbasis big data dan
artificial intelligence, yang terhubung dengan ekosistem data nasional dan
global.
Ia tahu betul tantangan kita:
infrastruktur masih terbatas, pendanaan belum ideal. Tapi kami sepakat SDM
Unhas kuat dan dedikatif! Seperti halnya Prof. Ivan tak pernah menyerah. Ia
terus bekerja, meneliti, dan merancang peta jalan demi mewujudkan cita-citanya.
Saya pun semakin sedih karena dua minggu
lalu, kami sudah menjadwalkan pertemuan lanjutan. Tapi takdir lebih dulu
menjemputnya. Rencana-rencana itu kini tinggal kenangan, dan jadi tanggung
jawab kita semua untuk melanjutkannya.
Sebagai sahabat, saya merasa sangat
kehilangan. Tapi saya juga tahu, warisan terbesar dari Prof. Ivan adalah
semangatnya, dedikasinya. Semangat untuk tidak menyerah, untuk berpikir jauh ke
depan, dan untuk menjadikan Unhas bukan hanya kampus besar di wilayah timur,
tapi juga di panggung global.
Sebagai pimpinan universitas, saya
mengucapkan duka mendalam. Kepada keluarga almarhum, saya menyampaikan
belasungkawa yang tulus. Dan atas nama pribadi, juga sebagai saudara, saya
mohonkan maaf kepada kita semua bila dalam interaksi beliau selama ini ada
kekhilafan. Kita ikhlaskan kepergian beliau, diringi doa-doa terbaik.
Saya tahu, gaya bicara Prof. Ivan
terkadang keras, bahkan tak jarang menimbulkan perdebatan. Tapi saya yakin, di
balik semua itu, ada niat yang baik. Beliau ingin menguatkan kita, bukan
menjatuhkan. Beliau ingin mengingatkan kita, bukan menghakimi. Itu adalah
bentuk cintanya yang jujur kepada Unhas dan kita semua.
Kini, tugas kita adalah menjaga dan
meneruskan semangatnya. Karena persahabatan dan cita-cita yang baik, jauh lebih
penting dari perbedaan apapun. Dan karena kampus ini telah menjadi bagian dari
hidup kita, seperti halnya telah menjadi hidup Prof. Ivan.
Selamat jalan, sahabat. Mimpimu belum
selesai, tapi kami akan melanjutkannya. (*)