Munafiqun Bermautan Ignorance

Kesan dari makna diksi “munafik” bagi orang muslim, telah dilahapnya di luar kepala hingga selalu dilontarkan juga, _sekalipun, tak diuraikan lagi dalam goresan ini. Namun, tidak keliru manakala sekadar untuk menghangatkan ingatan agar tidak dilanda oleh penyakit akut yang ignorance / kedunguan berlebihan.

 

-----

PEDOMAN KARYA

Sabtu, 26 Juli 2025

 

Munafiqun Bermautan Ignorance

 


Oleh: Maman A. Majid Binfas

(Sastrawan, Akademisi, Budayawan)

 

Kesan dari makna diksi “munafik” bagi orang muslim, telah dilahapnya di luar kepala hingga selalu dilontarkan juga, _sekalipun, tak diuraikan lagi dalam goresan ini.

Namun, tidak keliru manakala sekadar untuk menghangatkan ingatan agar tidak dilanda oleh penyakit akut yang ignorance / kedunguan berlebihan.

Esensi diksi munafik adalah seseorang yang menunjukkan keimanan secara lahiriah, tetapi hatinya menyembunyikan kekufuran atau ketidakpercayaan. Dalam Islam, kemunafikan dianggap sebagai penyakit hati yang berbahaya karena pelakunya berpura-pura mengikuti ajaran agama, namun sebenarnya tidak meyakininya. Hanya sekadar ikutan saja, bukan menjadi dasar sebagai karakter yang mendasar di dalam jiwanya sebagai pilar utama menjadi keyakinannya.

Namun, karakter utama yang menjadi sifat orang munafiqun, bila sendirian bah ayam sayur dan apalagi tengah hutan rimba.

Tetapi, bila berkerumun bersama penyamunnya, dia akan tampil paling depan seakan bah jagoan perkasa dengan teriakan plus memperkosa tanpa ampun.

Sekalipun, di dalam dadanya bergemuruh rasa ketakutan nan luar biasa, bila para gerombolan penyamunnya menderu lari terbiritan, malahan dia duluan berkaburan tak karuan.

Dasar dunguan dalam kemunafikan bah Abdullah bin Ubay, Mughits bin Qais dan Jadd bin Qais yan berpenampilan gagahan, namun mereka di abdikan QS Al Munafiqun : 4 yang berarti;

“... Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?”

Bahkan, di dalam QS Al Baqarah ayat 8 -20, diintisarikan oleh ahli tafsir, dengan kesan yang tajam. Di mana esensi dari ayat tersebut, adalah menjelaskan bahwa orang munafik itu menipu Allah dan orang-orang beriman, dan mereka melakukan ibadah hanya untuk pamer. 

Mereka juga merasa aman dari siksa Allah, padahal Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan. 

Tampilan mereka demikian, berpameran hanya jadi tameng saja, mengharap supaya dihormati oleh sesama karakter yang majnun gaya penyamunannya.

 

Gila Dihormati

Terkadang karena dorongan merasa diri lebih dari yang lain sehingga memaksakan diri untuk tampil memolesi diri dengan ragam aksesoris yang berlebihan agar dianggap unggulan _ plus gila dihormati pula_

Padahal kadar pikiran yang demikian, hanya merupakan durasi arogansi berlogika kedunguan yang tak berwarasan sesungguhnya.

Bahkan hanya menjadi noda yang dapat menggerogoti lubuk nurani insan sejati yang Berketuhanan Tulen.

Kalau mau dihormati, eloknya asah logika dengan bening hingga cemerlang agar jadi cermin untuk membaca diri sehingga menjadi hamba Tuhan yang bernurani lillahi Ta'ala tanpa ber-Ignorance_an yang akutan.

 

Ignorance

Kenapa mesti ambil pusing tentang karakter ignorance orang lain, soal baik buruknya, itu terserah dia saja, biarkan mengalir dan berpulang kepada dirinya jua!

Diksi ignorance atau kedunguan tulen telah menjadi pilihan hidupnya, bukan jua atas perintah Tuhan yang mesti diindahkan menjadi bekal kematiannya.

Namun, Tuhan telah menjelaskan titah penanya, sebagaimana Hadits Al-Arbain An-Nawawiyah nomor 37 yang berarti;

“Sesungguhnya Allah menulis kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan, kemudian menjelaskannya.”

Esensi hadist telah jelas bermakna jadi pilihan_ Kalau mau masa bodoh, maka biarkan saja bodoh sekalian sehingga tak diperdulikan dan bahkan oleh Tuhan sekalipun_

Tetap membiarkan dia pada kadar ignorance yang melebihi asfala saafilin atau makhluk aspalan kuburan jadi ignorance pilihannya! Dan kini mesti dituntasin sampai ke akar keraknya tanpa pilih buluan lagi.

 

Tuntasin Hingga Keraknya

Guna menuntasi tugas yang dianggap mulia oleh Tuhan, memang mesti dilakukan dengan lillahi Ta'ala agar lunas hingga kerak akar-akarnya.

Tidak terkecuali, sekalipun hanya percikan pecahan dari telur virus bakteri kelam berhingga wassalam.

Apapun geliakan yang dilakukan berhingga keraknya juga wassalam. Tentu, niatnya lillahi Ta'ala dan dapat dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Yang Maha Tahu akan segalanya. Sebagaimana diindahkan oleh firman-Nya di dalam QS. Al-Ankabut:45: “Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Dan apapun yang dikerjakan, itu mesti Haqqul yakin dengan tulen kepada firman Allah, di antaranya QS Fathir 43. yang berarti;

“Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri.”

Keyakinan atau dengan haqu yakin secara tulen hanya kepada Tuhan sesuai dengan firman-Nya, maka kita tidak akan terkoyak oleh kebejatan yang berperilaku kesesatan nyata.

Sekalipun, kita berhadapan mata dengan Dajjal. Apalagi, kalau hanya berhadapan dengan ampasan ceboan dari pasukan Dajjalan yang hanya berotak isi jeroan saja yang jini sedang menderu pusaran mautan semakin membara apinya.

 

Deru Mautan

Belum jua dera//malahan semakin menderu. Telah ribuan celah diserbu hingga bertahun, namun terpantulan kembali bah Abu Lahab dilahap oleh bara api tanpa tersisain!

Belum jua dera//malahan semakin menderu. Berulang tak bisa dihitung lagi hingga membentang kain merah darah ratusan jutaan

Belum jua dera//malahan semakin menderu. Sekalipun telah muntahin daging berdarah pekatan

Belum jua dera//malahan semakin menderu. Berhingga deru ledakan mautan akan meremukan pusaran hampa terkira jadi nisan berkuburan

Kalau mau dihormati, di era arus multi kecanggihan begini, maka alangkah eloknya asah logika dengan bening hingga cemerlangan. Hal demikian, tentu akan menjadi cerminan yang bernurani lillahi Ta'ala tanpa berkaratek munafiqqun kepada mautan yang ignorance akutan di dalam ke_majnun_an yang berkalam kelam. Wallahu'alam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama