-------
Rabu, 09 Juli 2025
Puluhan Guru SMA
se-Kota Makassar Ikuti Diklat Koding dan Kecerdasan Artifisial di Unismuh
Makassar
MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Puluhan
guru dari 53 SMA se-Kota Makassar mengikuti Diklat Koding dan Kecerdasan
Artifisial (KKA) yang diselenggarakan oleh Lembaga Penyelenggara Diklat (LPD) Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar,
di Kampus Unismuh, Jalan Sultan Alauddin, Makassar, Rabu - Sabtu, 9-12 Juli
2025.
Dekan FKIP Unismuh Makassar, Dr
Baharullah, mengatakan, para peserta berasal dari 53 sekolah jenjang SMA
se-Kota Makassar, yang merupakan sekolah penerima dana BOS Kinerja atau BOS
Reguler, dengan jumlah siswa di atas 40 orang.
“Namun, tidak semua guru dari sekolah
tersebut ikut serta. Hanya guru-guru bidang Informatika dan MIPA (Matematika
dan IPA) yang mendapatkan kesempatan mengikuti Diklat ini. Jadi, Bapak dan Ibu
yang hadir patut bersyukur karena termasuk yang terpilih,” kata Baharullah,
pada acara pembukaan, di Ruang I-GIFt Lantai 2 Menara Iqra Kampus Unismuh,
Jalan Sultan Alauddin, Makassar, Rabu, 09 Juli 2025.
Pembukaan Diklat Koding dan Kecerdasan
Artifisial (KKA) dihadiri Wakil Rektor I Unismuh Makassar Prof Andi Sukri
Syamsuri, dan Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Dinas Pendidikan
Provinsi Sulsel Dr Ansar Syukur.
Wakil Rektor I Unismuh Makassar Prof Andi
Sukri Syamsuri yang membuka secara resmi Diklat Koding dan Kecerdasan
Artifisial mewakili Rektor Unismuh, mengatakan, pemerintah melalui Kementerian
Pendidikan Dasar dan Menengah telah mendorong upaya peningkatan kompetensi guru
sesuai dengan tuntutan abad 21, yakni berpikir kritis, kolaboratif, mampu
menyelesaikan masalah, dan melek digital.
“Maka, Diklat Koding dan Kecerdasan
Artifisial ini menjadi sangat relevan, dan Unismuh merasa terhormat dipercaya
sebagai Lembaga Pelaksana Diklat (LPD) untuk kegiatan ini,” kata Prof Andis,
sapaan akrab Prof Andi Sukri Syamsuri.
Hari ini, lanjutnya, kita berada di tengah
arus besar transformasi digital. Teknologi informasi dan kecerdasan buatan
bukan lagi pilihan, melainkan keharusan dalam dunia pendidikan.
“Guru sebagai garda terdepan pendidikan
harus berani beradaptasi dan mengambil peran aktif dalam menghadapi perubahan
zaman,” kata Prof Andis.
Unismuh Makassar, katanya, telah
merumuskan visi melalui program I-GIFt yang merupakan akronim dari Integrated,
Green, Islamic, Futuristic.
“Kata futuristic menggambarkan kesiapan sivitas
akademika untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang pesat, termasuk
dalam penguasaan digital, koding, dan kecerdasan artifisial,” kata Prof Andis.
Ia mengaku bersyukur bahwa kegiatan Diklat
Koding dan Kecerdasan Artifisial tidak hanya memperkuat kapasitas guru, tetapi
juga menjadi wahana kolaborasi antara lembaga pendidikan tinggi dan pemerintah
daerah. Bahkan sebelum pandemi, FKIP Unismuh aktif menyelenggarakan pelatihan
guru.
“Kini, dengan pengalaman pembelajaran
daring selama pandemi, kita semakin menyadari pentingnya literasi digital dalam
proses pendidikan,” kata Prof Andis.
Kuliah S2 Hanya 1 Tahun
Ia juga menyampaikan informasi bahwa pada Program
Pascasarjana Unismuh Makassar, tersedia jalur Rekognisi Pembelajaran Lampau
(RPL). Ini adalah jalur percepatan bagi para guru yang ingin melanjutkan studi
S2.
“Dengan pengalaman kerja yang telah
dimiliki oleh para mahasiswa, masa studi bisa dipersingkat menjadi hanya satu
tahun atau dua semester,” jelas Prof Andis.
Program ini tersedia untuk bidang-bidang
seperti Pendidikan Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Sosiologi.
“Insya Allah, Program S2 Informatika juga
akan segera dibuka,” kata Prof Andis.
Masuk Kategori Kegiatan Komunitas Akademik
Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan
(GTK) Dinas Pendidikan Provinsi Sulsel Dr Ansar Syukur, dalam sambutannya
mengatakan, Diklat Koding dan Kecerdasan Artifisial ini merupakan salah satu
dari 12 program prioritas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi (Kemendikbudristek) dan turunan dari program besar pemerintah yakni
Asta Cita, khususnya poin keempat yang menekankan penguatan teknologi dan
pendidikan berbasis digital.
Kegiatan ini menjadi sangat penting dalam
rangka menyiapkan guru-guru dalam menghadapi pembelajaran abad ke-21, serta
menjawab tantangan revolusi industri 4.0 dan society 5.0.
“Namun, saya perlu sampaikan bahwa saat proses pendaftaran kemarin, masih ada beberapa sekolah di Makassar, sekitar 15 SMA, yang tidak mendaftarkan gurunya. Setelah kami telusuri, ada kekhawatiran dari beberapa kepala sekolah karena mereka mengira anggaran BOS tidak dapat digunakan untuk kegiatan ini. Padahal, kegiatan ini resmi dan masuk dalam kategori KKA (Kegiatan Komunitas Akademik) serta pembelajaran mendalam yang memang direkomendasikan oleh Kemendikbudristek,” tutur Ansar Syukur. (zak)
