------
Senin, 28 Juli 2025
Transformasi
Digital Ubah Wajah Keuangan dan Akuntansi
MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Dunia
keuangan dan akuntansi tengah memasuki era baru yang sarat tantangan sekaligus
peluang. Transformasi digital tak hanya mengubah alat kerja, tetapi juga
mendefinisikan ulang peran para profesional keuangan di masa depan.
Hal tersebut disampaikan Direktur Elitery CPA Australia, Erwin Damar Prasetyo, saat tampil sebagai pembicara
dalam kegiatan BRIGHT Project bertajuk “Finance and Accounting in the Age of
Disruption: What Skills Keep You Relevant?” yang digelar di Teater I-GIFT,
Lantai 2 Menara Iqra, Kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Senin,
28 Juli 2025.
Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi
antara Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (AFEB) Perguruan Tinggi
Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unismuh
Makassar, serta CPA Australia – Indonesia.
Erwin memulai dengan menjelaskan bahwa
transformasi digital bukan sekadar digitalisasi dokumen, melainkan perombakan
menyeluruh terhadap proses, model bisnis, dan peran sumber daya manusia di
sektor keuangan.
“Teknologi seperti AI, cloud, RPA, dan
blockchain kini menjadi tulang punggung efisiensi dan ketepatan. Fungsi
keuangan tidak lagi hanya mendukung, tapi menjadi penggerak nilai strategis,”
ujar Erwin.
Ia mengutip data bahwa 75% CFO di seluruh
dunia menempatkan transformasi digital sebagai prioritas utama pada 2024,
menunjukkan perubahan orientasi yang sangat signifikan pasca-pandemi.
Erwin memaparkan empat teknologi utama
yang mendisrupsi dunia keuangan, yaitu pertama, AI dan Machine Learning, yang
mampu mengotomatisasi analisis data dan deteksi anomali seperti fraud, serta
menekan biaya hingga 16%.
Kedua, Cloud Computing, yang memungkinkan
kolaborasi dan akses data secara real-time dari mana saja, sekaligus menekan
biaya infrastruktur TI. Ketiga, Robotic Process Automation (RPA), yang
menggantikan tugas-tugas manual seperti entri data dan rekonsiliasi, sehingga
staf dapat fokus pada pekerjaan bernilai strategis.
Keempat, Blockchain, yang memberikan
transparansi, keamanan, dan keandalan dalam pencatatan transaksi serta audit
digital.
Disrupsi digital, menurut Erwin, telah
mengubah peran tradisional akuntan. Pekerjaan seperti penyusunan laporan
keuangan, rekonsiliasi, hingga pelaporan rutin kini sebagian besar diambil alih
oleh sistem otomatis.
Sebaliknya, akuntan kini dituntut menjadi
penasihat strategis yang mampu menganalisis data, memprediksi tren, dan
membantu manajemen mengambil keputusan berdasarkan wawasan berbasis data.
“88% akuntan percaya bahwa AI akan
memperkuat pekerjaan mereka. Tapi itu hanya mungkin kalau kita mau belajar dan
beradaptasi,” kata Erwin.
Tak hanya itu, CFO juga kini berperan
sebagai penggerak utama transformasi digital, menjembatani antara fungsi
keuangan dan teknologi, mengelola risiko, serta memastikan tata kelola dan
kepatuhan.
Keterampilan Baru yang Diperlukan
Erwin menekankan pentingnya keterampilan
baru yang wajib dimiliki profesional keuangan masa kini, antara lain analitik
data dan literasi data, termasuk penguasaan alat seperti Excel, SQL, Python,
Power BI.
Selanjutnya, pemahaman teknologi, termasuk
ERP berbasis cloud, AI, RPA, dan fintech, kemudian keterampilan lunak (soft
skills) seperti komunikasi, kolaborasi lintas fungsi, dan manajemen proyek
agile, serta etika digital dan kesadaran keamanan siber, karena profesional
keuangan memegang tanggung jawab besar dalam melindungi data sensitif.
“Sayangnya, saat ini kurang dari 20%
perusahaan yang benar-benar mendukung peningkatan literasi data di lingkungan
kerjanya. Karena itu, mahasiswa dan calon akuntan harus mulai dari sekarang,”
ujar Erwin memberi penekanan.
Transformasi digital, lanjutnya, membuka
banyak peluang: peningkatan efisiensi, penurunan biaya, pengambilan keputusan
berbasis data, hingga model bisnis baru seperti perbankan digital. Namun risiko
juga besar: ancaman keamanan siber, kegagalan teknologi, hingga tantangan
kepatuhan dan ketertinggalan SDM dalam mengimbangi laju perubahan.
Erwin menyarankan agar organisasi
melakukan investasi di tiga area penting: kepatuhan regulasi, pelatihan SDM,
dan manajemen perubahan.
Langkah Praktis Adaptasi
Untuk menghadapi era baru ini, Erwin
menawarkan peta jalan adaptasi bagi tim keuangan, yaitu pertama tentukan visi
dan strategi digital yang selaras dengan bisnis; kedua bangun tim yang melek
teknologi, melalui pelatihan dan rekrutmen berbasis keterampilan masa depan.
Ketiga, perkuat tata kelola dan
pengawasan, terutama dalam konteks keamanan siber dan kepatuhan; keempat, yentukan
strategi outsourcing, agar sumber daya difokuskan pada area bernilai tinggi, serta
kelima, mulai dari proyek kecil, evaluasi, dan skala secara bertahap.
Selain Erwin Damar Prasetyo, BRIGHT
Project CPA Australia juga menghadirkan Eldo Sinurat (PT. Gowa Makassar Tourism
Development Tbk) sebagai pembicara, dengan moderator Selvi Tanggara dari CPA
Australia – Indonesia.
Kegiatan diikuti sekitar 200 peserta dari
belasan perguruan tinggi, yaitu dari Universitas Almarisah Madani Makassar, Universitas
Bosowa (Unibos) Makassar, Institut Aisyiyah Sulawesi Selatan (IASS), Institut
Parahikma Indonesia, Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Nobel Indonesia
Makassar, Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP).
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Makassar
Maju, STIE Tri Dharma Nusantara, STIE YPUP Makassar, Universitas Atma Jaya
Makassar, Universitas Fajar (Unifa) Makassar, Universitas Hasanuddin (Unhas), Universitas
Kristen Indonesia Paulus (UKIP) Makassar, dan Universitas Muslim Indonesia
(UMI) Makassar, serta tuan rumah Unismuh Makassar.
BRIGHT Project dalam bentuk workshop ini dibuka
oleh Wakil Rektor II Unismuh Makassar Dr Ihyani Malik, dihadiri Dekan FEB
Unismuh Makassar Dr Edi Jusriadi, para wakil dekan Kaprodi dan dosen FEB
Unismuh, serta dosen Fakultas Ekonomi dari belasan perguruan tinggi. (asnawin)
