Deklarasi Gowa Damai, Tolak Demonstrasi Anarkis di Lapangan Sultan Hasanuddin

Bupati Gowa Sitti Husniah Talenrang memberikan sambutan dalam aksi “Deklarasi Gowa Damai, Tolak Demonstrasi Anarkis”, di Lapangan Sultan Hasanuddin, Sungguminasa, Selasa, 02 September 2025. (Foto: Humas Pemkab Gowa)

 

-----

Rabu, 03 September 2025

 

Deklarasi Gowa Damai, Tolak Demonstrasi Anarkis di Lapangan Sultan Hasanuddin

 



GOWA, (PEDOMAN KARYA). Pemerintah dan bersama seluruh elemen masyarakat Kabupaten Gowa menggelar aksi “Deklarasi Gowa Damai, Tolak Demonstrasi Anarkis”, di Lapangan Sultan Hasanuddin, Sungguminasa, Selasa, 02 September 2025.

Deklarasi dihadiri Bupati Gowa Sitti Husniah Talenrang, Wakil Bupati Darmawangsyah Muin, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah, Sekretaris Daerah Kabupaten Gowa, perwakilan partai politik, tokoh agama, tokoh masyarakat, pemuda, mahasiswa, hingga aparat pemerintah desa dan kelurahan.

Pada kesempatan itu, Bupati Gowa Husniah Talenrang menyerukan pesan persatuan kepada masyarakat Gowa menyusul kondisi yang terjadi secara nasional beberapa hari terakhir. Ia menegaskan bahwa kedamaian adalah modal terbesar Gowa untuk terus tumbuh maju dan menjadi rumah yang aman bagi semua warganya.

Aksi “Deklarasi Gowa Damai, Tolak Demonstrasi Anarkis”, katanya, menjadi momentum penting untuk memperkuat komitmen bersama menjaga keamanan, kedamaian, dan persaudaraan di Kabupaten Gowa.

“Tanpa keamanan tidak ada pembangunan, tanpa kedamaian tidak ada kesejahteraan, dan tanpa persaudaraan tidak ada kekuatan,” tegas Husniah.

Ia mengingatkan, dinamika sosial saat ini menuntut kewaspadaan kolektif. Cepatnya arus informasi, maraknya provokasi dan berita palsu, serta potensi gesekan di masyarakat harus disikapi dengan kesabaran dan pengendalian diri.

Pemerintah Kabupaten Gowa, lanjutnya, telah mengambil langkah nyata melalui dialog dengan pemuda dan mahasiswa, doa dan dzikir bersama, serta penyaluran bantuan sosial untuk masyarakat terdampak.

“Kita tidak ingin Gowa menjadi halaman berikutnya dalam buku tragedi bangsa. Karena itu kita pilih jalan dialog, spiritualitas, dan kepedulian sosial sebagai benteng agar kedamaian tetap terjaga,” kata Husniah.

Bupati juga menyinggung pelajaran pahit dari berbagai peristiwa kekerasan di sejumlah daerah yang menimbulkan kerugian materi maupun korban jiwa. Menurutnya, kebebasan menyampaikan pendapat adalah hak konstitusional, namun harus dilaksanakan secara damai, tertib, dan bertanggung jawab.

Dalam konteks lokal, ia menegaskan bahwa masyarakat Gowa memiliki warisan budaya luhur yang harus dijadikan pegangan. Nilai-nilai sipakatau, sipakalabbiri, dan sipakainga telah lama menjadi perekat kebersamaan. Demikian pula ajaran leluhur yang mengingatkan bahwa masyarakat Gowa tegak karena bersatu dan saling menopang.

“Jangan biarkan api kekerasan dan brutalitas singgah di tanah ini. Biarlah Gowa dikenang sebagai negeri persaudaraan, di mana perbedaan dipeluk, bukan dipertentangkan,” ujar Husniah.

Ia menegaskan bahwa deklarasi ini adalah ikhtiar nyata untuk diwariskan kepada generasi mendatang. Ia berharap Gowa terus menjadi rumah bersama yang damai, aman, dan sejahtera bagi seluruh warganya.

“Gowa adalah rumah kita bersama. Rumah ini akan kuat bila bahunya rapat, lisannya teduh, dan tangannya saling menolong. Mari bersatu untuk membangun Gowa lebih maju,” tutupnya.

Deklarasi Damai ini menghasilkan komitmen bersama untuk menolak segala bentuk kekerasan, menjaga fasilitas publik, mengutamakan dialog dalam penyelesaian perbedaan, serta merawat persatuan dengan semangat kebersamaan.

Sebanyak 8 perwakilan dari elemen masyarakat menyampaikan orasinya untuk mendukung Deklarasi Damai ini. Salah satu perwakilan tokoh masyarakat Gowa, Baharuddin Mangka, menekankan pentingnya peran semua pihak untuk menjaga harmoni.

“Damai bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi kewajiban kita semua. Bila rakyat Gowa berdiri bersama, tidak ada provokasi yang bisa memecah persaudaraan,” ujar Baharuddin Mangka. (lom)

 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama