Bila Pengunjung Tidak Datang, Museum yang Mendatangi Pengunjung


PENGUNJUNG museum ada dua macam. Pertama yaitu para kolektor, seniman, para perancang, ilmiawan, dan mahasiswa, yang karena latar belakang sosialnya seakan-akan ada hubungan tertentu dengan koleksi museum, dan bahwa kunjungan mereka ke museum itu sudah direncanakan semula dengan motivasi yang jelas. (Foto: museumku.wordpress.com)





------
PEDOMAN KARYA
Selasa, 21 Juni 2016


Bila Pengunjung Tidak Datang, Museum yang Mendatangi Pengunjung

(Bagian 3-habis)


Koleksi museum adalah kumpulan benda-benda peninggalan sejarah, alam, dan warisan budaya sebagai sumber penelitian ilmiah, disimpan, dirawat, dan dipamerkan. Berdasarkan UU No 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, pasal 40, disyaratkan bahwa benda-benda cagar budaya dapat disimpan di museum.
“Artinya museum mendapat kepercayaan sebagai penyelamat benda-benda budaya yang menjadi koleksinya. Karena itu, pengelola museum wajib mendalami ilmu konservasi,” tandas Drs Muhammad Masrury Hamusta.
Hal itu dikemukakan saat tampil membawakan materi berjudul: “Konservasi dan Preparasi Museum” pada acara Sosialisasi Museum yang diadakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan, di Aula Museum La Galigo Benteng Ujungpandang, 28 Juni 2007.
Dia menjelaskan bahwa konservasi adalah suatu upaya atau tindakan untuk melindungi sesuatu dari bahaya atau kerusakan.
Beberapa faktor yang dapat mengubah kondisi atau yang dapat merupakan gangguan, bahkan kerusakan pada pelbagai benda koleksi museum, antara lain iklim dan lingkungan, cahaya, serangga, mikro-organisme, pencemaran atmosferik, penanganan koleksi, dan bahaya api.
“Perawatan koleksi museum dalam praktiknya dilaksanakan oleh para konservator yang mempunyai keahlian di bidang ilmu kimia, fisika, biologi, dan ilmu pengetahuan alam,” tuturnya.
Salah satu pameo di kalangan permuseuman dewasa ini berbunyi; bila pengunjung tidak datang ke museum, maka museum akan mendatangi pengunjung.
Pengunjung museum ada dua macam. Pertama yaitu para kolektor, seniman, para perancang, ilmiawan, dan mahasiswa, yang karena latar belakang sosialnya seakan-akan ada hubungan tertentu dengan koleksi museum, dan bahwa kunjungan mereka ke museum itu sudah direncanakan semula dengan motivasi yang jelas.
“Tanpa bantuan dan penjelasan dari siapa pun, mereka dapat memahami hal-hal yang berkenaan dengan koleksi yang terdapat di museum,” jelas Masrury.
Jenis pengunjung kedua, yaitu mereka yang biasanya datang ke museum tanpa tujuan tertentu. Jika suatu ketika mengunjungi museum dengan iseng atau prakarsa spontan, mereka kembali pasif, tidak punya motivasi yang kokoh untuk tetap menjadi “langganan” museum.
Penyajian koleksi museum yang paling tepat ialah dengan pameran, baik dalam bentuk pameran tetap, pameran khusus, maupun pameran keliling.
“Untuk pelbagai bentuk pameran itu, kita perlu menguasai perlbagai teknik pameran,” kata Masrury.
Teknik pameran adalah suatu pengetahuan yang meminta fantasi, imajinasi, daya improvisasi dan keterampilan teknis, serta artistik tersendiri.
“Ini harus ada pada setiap preparator atau ahli teknik pameran,” ujarnya.
Sebelumnya, preparator harus berkonsultasi dengan kurator yang memberikan segala informasi tentang dasar dan tujuan pameran, tentang data informasi mengenai koleksi.
“Preparator juga perlu berkonsultasi dengan edukator yang akan menerjemahkan bahasa koleksi kepada pengunjung, khususnya rombongan pelajar atau kelompok-kelompok pengunjung tertentu,” urai Masrury. (Asnawin Aminuddin/Pedoman Karya)




Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama