Chairil Anwar dan Hari Puisi (4-habis)


HARI PUISI. Hari lahir Chairil Anwar, yakni 26 Juli, diperingati sebagai Hari Puisi Indonesia. Deklarasi dan penetapan Hari Puisi Indonesia itu dilakukan oleh puluhan penyair Indonesia di Pekanbaru, Riau, 22 November 2012. Teks deklarasinya dibacakan oleh presiden penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri.  

 

-------
PEDOMAN KARYA
Rabu, 29 April 2020


Chairil Anwar dan Hari Puisi (4-habis):


Penyair Deklarasikan Hari Puisi Indonesia


Oleh: Asnawin Aminuddin
(Wartawan / Pengajar)


Selama hidupnya, Chairil Anwar telah menulis sekitar 94 karya, termasuk 70 puisi; kebanyakan tidak dipublikasikan hingga kematiannya. 
Puisi terakhir Chairil berjudul “Cemara Menderai Sampai Jauh”, ditulis pada tahun 1949, sedangkan karyanya yang paling terkenal berjudul “Aku” dan “Krawang Bekasi.”

Semua tulisannya baik yang asli, modifikasi, atau yang diduga dijiplak, dikompilasi dalam tiga buku yang diterbitkan oleh Pustaka Rakyat.

Kompilasi pertama berjudul “Deru Campur Debu” (1949), kemudian disusul oleh “Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang Putus” (1949), dan “Tiga Menguak Takdir” (1950, kumpulan puisi dengan Asrul Sani dan Rivai Apin).

Juga ada buku “Aku Ini Binatang Jalang: koleksi sajak 1942-1949”, yang disunting oleh Pamusuk Eneste, dan kata penutup oleh Sapardi Djoko Damono (1986).

Puisi hasil karya Chairil Anwar sempat dituduh sebagai hasil plagiarisme oleh HB Jassin. Dalam tulisannya pada Mimbar Indonesia yang berjudul “Karya Asli, Saduran, dan Plagiat”, ia membahas tentang kemiripan puisi Karawang-Bekasi dengan The Dead Young Soldiers karya Archibald MacLeish.

Meskipun demikian, Jassin tidak menyalahkan Chairil Anwar. Menurut dia, meskipun mirip, tetap ada rasa Chairil di dalamnya, sedangkan sajak MacLeish, menurut Jassin, hanyalah katalisator penciptaan.

Hari Puisi

Atas karya-karyanya sang sangat fenomenal pada masa transisi perjuangan kemerdekaan Indonesia, hari lahir Chairil Anwar, yakni 26 Juli, kemudian diperingati sebagai Hari Puisi.

Deklarasi dan penetapan Hari Puisi Indonesia itu dilakukan oleh puluhan penyair Indonesia di Pekanbaru, Riau, 22 November 2012. Deklarasi ini mulanya diprakarsai oleh penyair Rida K Liamsi.

Para penyair yang hadir turut menandatangani deklarasi tersebut. Teks deklarasinya dibacakan oleh presiden penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri.

Kenapa Chairil Anwar?

Chairil Anwar adalah penyair yang istimewa. Dia berhasil mendobrak gaya Pujangga Baru, bermain-main di antara puisi modern dan pantun. Chairil Anwar adalah “anak nakal”, dan bukan “anak emas” dalam sejarah Sastra Indonesia.

Pada masa itu, Pujangga Baru yang ternama adalah Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah, dan Armijn Pane. Mereka memiliki gaya puisi yang khas, menggunakan Bahasa Melayu dengan tema puisi yang kurang lebih sama, yakni soal perjuangan dan kadang romansa.

Chairil memilih bahasanya sendiri. Bahasa puisi Chairil Anwar saat itu adalah bahasa yang patuh pada hukum-hukum tulisan, namun ia juga menggunakan bahasa kelisanan yang ada, baik bahasa di Medan sebagai kota asalnya, maupun saat ia di Jakarta.

Hasan Aspahani yang menulis buku tentang Chairil pernah mengatakan karya-karya Pujangga Baru adalah titik tumpu, sasaran tembak bagi serangan-serangan Chairil Anwar.

Dalam banyak hal, Chairil tidak sependapat dengan mereka. Dengan bekal pengetahuan, kecerdasan, penalaran dan kepercayaan dirinya,  Chairil melakukan pendobrakan.

Deklarasi Hari Puisi Indonesia

Berikut isi Deklarasi Hari Puisi Indonesia yang dibacakan Sutardji Calzoum Bachri,
di Pekanbaru, Riau, 22 November 2012, atas nama Penyair Indonesia.

Teks deklarasi tersebut dibaca Sutardji Calzoum Bachri di Anjungan Idrus Tintin Pekanbaru, setelah ditandatangani oleh 40 penyair Indonesia dari Aceh sampai Papua.

Indonesia dilahirkan oleh puisi yang ditulis secara bersama-sama oleh para pemuda dari berbagai wilayah Tanah Air. Puisi pendek itu adalah Sumpah Pemuda. Ia memberi dampak yang panjang dan luas bagi imajinasi dan kesadaran rakyat Nusantara. Sejak itu pula, sastrawan dari berbagai daerah menulis dalam bahasa Indonesia, mengantarkan bangsa Indonesia meraih kedaulatan.

Sebagai bangsa yang merdeka. Bahasa Indonesia adalah pilihan yang sangat nasionalistis. Dengan semangat itu pula, para penyair memilih menulis dalam bahasa Indonesia, sehingga puisi secara nyata ikut membangun kebudayaan Indonesia. Nasionalisme kepenyairan ini kemudian mengental pada Chairil Anwar, yang dengan spirit kebangsaan berhasil meletakkan tonggak utama tradisi puisi Indonesia modern.

Sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menganugerahi bangsa Indonesia dengan kemerdekaan dan kesusastraan, sekaligus untuk mengabadikan kenangan atas puisi yang telah ikut melahirkan bangsa ini, kami mendeklarasikan tanggal lahir Chairil Anwar, 26 Juli, sebagai Hari Puisi Indonesia.

Dengan ditetapkannya Hari Puisi Indonesia, maka kita memiliki hari puisi nasional sebagai sumber inspirasi untuk memajukan kebudayaan Indonesia yang modern, literat, dan terbuka.

Penyair yang Bertandatangan

Ke-40 penyair yang bertandatangan dan mendeklarasikan Hari Puisi Indonesia, yaitu Sutardji Calzoum Bachri (Jakarta), Rida K Liamsi (Riau), John Waromi (Papua), D. Kemalawati (Aceh), Ahmadun Yosi Herfanda (Jakarta), Kazzaini KS (Riau).

Rahman Arge (Sulawesi Selatan), Micky Hidayat (Kalimantan Selatan), Isbedy Stiawan ZS (Lampung), Fakhrunnas MA Jabbar (Riau), Anwar Putra Bayu (Sumatera Selatan), Dimas Arika Mihardja (Jambi).

Pranita Dewi (Bali), Bambang Widiatmoko (Jakarta), Fatin Hamama (Jakarta), Sosiawan Leak (Jawa Tengah), Agus R Sarjono (Jakarta), dan Jamal D Rahman (Jakarta), Chavcay Syaefullah (Banten), Husnu Abadi (Riau).

Hasan Albana (Sumatera Utara), Hasan Aspahani (Riau), Iyut Fitra (Sumatera Barat), Marhalim Zaini (Riau), Panda MT Siallagan (Sumatera Utara), Jefri Al-Malay (Kepulauan Riau), dan Samson Rambahpasir (Kepulauan Riau).

Dua Hari Puisi Indonesia?

Belakangan, di media sosial ramai adanya peringatan Hari Puisi Indonesia pada tanggal yang berbeda. Sama-sama mengacu ke Chairil Anwar. Bedanya, versi kedua ini diperingati pada hari wafatnya Chairil Anwar, yakni 28 April.

Perbedaan mendasar lainnya, versi kedua ini tidak pernah didklarasikan bahkan tidak diketahui siapa yang memulai mempopulerkannya di media sosial. (habis)

--------
Artikel sebelumnya:





--------
Sumber referensi:


Chairil Anwar (1922—1949), dikutip pada Selasa, 28 April 2020, http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Chairil_Anwar
Kabupaten Lima Puluh Kota, https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Lima_Puluh_Kota, dikutip pada 28 April 2020
Kota Payakumbuh, https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Payakumbuh, dikutip pada 28 April 2020
Mappapa, Pasti Liberti, “Baca Puisi, Chairil Dipukul Istri”, https://news.detik.com/x/detail/intermeso/20160815/Ketika-sang-Gajah-Memukul-si-Binatang-Jalang/, diposting pada 15 Agustus 2016, dikutip pada 29 April 2020
Pringadi, “Sejarah Hari Puisi Indonesia”, diposting pada 21 Maret 2019, dikutip pada 28 April 2020, https://catatanpringadi.com/sejarah-hari-puisi-indonesia/
Rengat, Indragiri Hulu, https://id.wikipedia.org/wiki/Rengat,_Indragiri_Hulu, dikutip pada 28 April 2020
Sekilas Tentang Sejarah Kabupaten Limapuluh Kota, https://sumbar.antaranews.com/berita/201954/sekilas-tentang-sejarah-kabupaten-limapuluh-kota, diposting pada Kamis, 13 April 2017 20:13 WIB, dikutip pada 28 April 2020
Tentang Hari Puisi Indonesia, https://solup.blogspot.com/2016/06/tentang-hari-puisi-indonesia.html, diposting pada 13 Juni 2016, dikutip pada 29 April 2020
https://www.haripuisi.info/2018/10/tesk-deklarasi-hari-puisi-indoesia.html, diposting pada Ahad, 21 Oktober 2018, dikutip pada 28 April 2020

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama