Said Nursi: Jembatan Pemikiran antara Barat dan Timur

Pandangan Nursi mengenai sains, agama, dan rasionalitas memberikan suatu perspektif yang relevan untuk menghadapi tantangan zaman, menjadikan dirinya sebagai figur yang berperan dalam menjembatani kedua dunia pemikiran yang sering dianggap terpisah, yaitu Barat dan Timur.

 

------

PEDOMAN KARYA

Selasa, 24 Juni 2025

 

Said Nursi: Jembatan Pemikiran antara Barat dan Timur

 

Oleh: Ilham Muchtar

(Dosen Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Makassar)

 

Said Nursi, sebagai pemikir besar yang lahir pada akhir abad ke-19 di Turki, dikenal tidak hanya sebagai seorang ulama, tetapi juga sebagai seorang intelektual yang mampu mengintegrasikan pemikiran Islam dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern.

Dalam konteks ini, ia dapat dilihat sebagai jembatan pemikiran antara Barat dan Timur, memadukan wawasan keagamaan dengan pengetahuan ilmiah yang berkembang di Barat.

Pandangan Nursi mengenai sains, agama, dan rasionalitas memberikan suatu perspektif yang relevan untuk menghadapi tantangan zaman, menjadikan dirinya sebagai figur yang berperan dalam menjembatani kedua dunia pemikiran yang sering dianggap terpisah, yaitu Barat dan Timur.

Salah satu alasan utama mengapa Said Nursi dapat dianggap sebagai jembatan antara pemikiran Barat dan Timur adalah cara beliau menggabungkan sains modern dengan prinsip-prinsip Islam.

Nursi tidak melihat sains Barat sebagai sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Islam, melainkan sebagai sarana untuk memperdalam pemahaman akan ciptaan Tuhan.

Dalam Risale-i Nur, beliau menulis bahwa alam semesta adalah bukti dari kebesaran Tuhan, dan bahwa ilmuwan yang mampu mengungkap hukum-hukum alam seharusnya dilihat sebagai orang yang membantu umat manusia memahami ayat-ayat Tuhan yang tersembunyi dalam ciptaan-Nya.

Di satu sisi, pemikiran ini mencerminkan pendekatan yang lebih terbuka terhadap sains yang berkembang di Barat, yang sering kali dipandang oleh beberapa kelompok di dunia Islam sebagai sesuatu yang sekuler atau bertentangan dengan ajaran agama.

Nursi menunjukkan bahwa sains dan agama, meskipun berkembang dalam konteks budaya yang berbeda, dapat saling melengkapi dan memperkaya satu sama lain. Hal ini menciptakan jembatan yang memungkinkan pemikiran dari kedua dunia tersebut untuk dipahami dan dihargai.

Di sisi lain, Nursi juga memperkenalkan konsep rasionalitas yang berbeda dari pandangan materialis yang berkembang di Barat. Bagi Nursi, rasionalitas tidak hanya terbatas pada akal manusia yang logis dan empiris, tetapi juga mencakup dimensi spiritual.

Ia berpendapat bahwa akal manusia, meskipun penting, harus dipandu oleh prinsip-prinsip spiritual dan moral yang datang dari ajaran agama. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pemikiran Barat mengedepankan rasionalitas dan bukti empiris, pemikiran Nursi menawarkan pendekatan yang lebih holistik, yang mengakui pentingnya spiritualitas dalam kehidupan intelektual.

Dengan demikian, Nursi menyediakan cara untuk mengintegrasikan rasionalitas Barat dengan spiritualitas Timur. Dalam dunia yang semakin sekuler, terutama di Barat, dan di dunia Timur yang terjebak dalam tradisi, Nursi memberikan jalan tengah yang mengakui pentingnya kedua aspek tersebut dalam kehidupan manusia.

Oleh karena itu, Nursi berfungsi sebagai jembatan pemikiran yang memungkinkan pertemuan antara dua dunia yang sering kali terpisah, yaitu Barat yang lebih rasional dan Timur yang lebih spiritual.

Salah satu aspek lain yang dapat dilihat sebagai kontribusi Nursi dalam menjembatani pemikiran Barat dan Timur adalah pendekatannya terhadap pendidikan. Nursi tidak hanya memperjuangkan pendidikan agama, tetapi juga menekankan pentingnya pendidikan ilmiah yang berbasis pada penalaran dan pemikiran kritis.

Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan modern, Nursi mengajarkan bahwa pendidikan harus menggabungkan kedalaman spiritual dengan kecerdasan intelektual.

Pendekatan ini mengingatkan kita pada pemikiran Barat mengenai pentingnya pendidikan kritis dan ilmiah, tetapi dengan menekankan dimensi moral dan spiritual yang menjadi ciri khas pemikiran Timur.

Pendidikan menurut Nursi bukan hanya untuk memperkaya pengetahuan duniawi, tetapi juga untuk membentuk karakter dan spiritualitas. Dengan cara ini, Nursi membangun jembatan antara dua pandangan yang berbeda tentang pendidikan—yang satu berfokus pada perkembangan intelektual, dan yang lainnya berfokus pada pembentukan spiritual dan moral.

 

Dialog Antarbudaya

 

Said Nursi juga berperan penting dalam memperkenalkan dialog antarbudaya antara Timur dan Barat. Di tengah ketegangan politik dan sosial yang sering terjadi antara dunia Islam dan Barat, Nursi melalui karya-karyanya mengajak umat Islam untuk tidak menutup diri terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan budaya Barat. Ia mengajarkan bahwa umat Islam harus terbuka terhadap kemajuan teknologi dan pengetahuan ilmiah tanpa mengabaikan nilai-nilai agama.

Sikap Nursi ini relevan dengan konteks sosial dan politik zaman sekarang, di mana pertemuan antara dua budaya, Barat dan Timur, seringkali diwarnai dengan kesalahpahaman dan ketegangan.

Pemikiran Nursi yang menghargai sains Barat sambil tetap mempertahankan prinsip-prinsip Islam memberikan dasar bagi dialog yang lebih konstruktif antara kedua dunia ini.***

 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama