----
Senin, 23 Juni 2025
Unhas dan Barantin
Kerjasama Tridharma Bidang Karantina
MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Universitas
Hasanuddin (Unhas) bersama Badan Karantina Indonesia (Barantin) resmi menjalin
kerja sama strategis melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU)
dalam bidang pengembangan sumber daya manusia, pendidikan, riset, serta
teknologi di bidang karantina.
Naskah perjanjian kerjasama ditandatangani
oleh Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa, dan Kepala Badan Karantina Indonesia (Barantin),
Dr Sahat Manaor Panggabean, di Arsjad Lecturer, Kampus Unhas Tamalanrea,
Makassar, Senin, 23 Juni 2025.
Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya
Manusia (PPSDM) Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, Dian S.R. Kusumastuti
dalam laporannya menjelaskan, kerja sama ini bertujuan untuk menyamakan pola
sikap dan tindakan antara Badan Karantina Indonesia (Barantin) dan Unhas dalam
upaya menjaga ketahanan dan kesehatan sumber daya hayati negeri.
“MoU ini merupakan wujud dari kesamaan
visi dan misi antara Barantin dan Unhas. Kerja sama ini telah melalui proses
pembahasan yang matang, dan menjadi landasan bagi implementasi program-program
konkret yang mendukung pengembangan kapasitas nasional di bidang karantina,”
jelas Dian.
Pada kesempatan yang sama, Rektor Unhas
Prof JJ menyampaikan apresiasi atas kolaborasi strategis yang akan dilakukan
Unhas bersama Barantin.
Menurutnya, ini merupakan salah satu
langkah strategis penguatan hubungan antara institusi pendidikan tinggi dan
lembaga pemerintah. Prof JJ menekankan pentingnya kolaborasi untuk menciptakan
dampak nyata bagi masyarakat dan negara.
“Kita tidak bisa berjalan sendiri dalam
menghadapi tantangan ketahanan pangan dan biosekuriti. Melalui kemitraan ini,
kita berharap bisa menghasilkan inovasi dan kebijakan berbasis sains yang
mendukung kerja-kerja strategis Badan Karantina Indonesia,” jelas Prof JJ.
Kepala Badan Karantina Indonesia, Sahat
Manaor Panggabean dalam sambutannya menyampaikan, kolaborasi dengan Unhas
merupakan upaya dalam upaya memperkuat posisi Indonesia di kancah global,
khususnya dalam bidang perkarantinaan ikan, tumbuhan, dan komoditas lainnya.
“Kita ingin Indonesia dapat berdiri
sejajar dengan negara-negara lain dalam pengelolaan dan pengawasan komoditas
strategis tersebut. Untuk mewujudkan hal itu, dibutuhkan kolaborasi yang kuat
antara pemerintah dan institusi pendidikan tinggi,” jelas Sahat.
Menurutnya, seringkali Indonesia merasa
kurang percaya diri ketika dibandingkan dengan negara lain. Padahal, Indonesia
memiliki potensi dan sumber daya yang besar. Salah satu kekuatan utama untuk
mendorong peningkatan sektor tersebut adalah perguruan tinggi yang memiliki
kapasitas keilmuan, riset, dan inovasi.
Lebih lanjut, Sahat menambahkan pentingnya
melibatkan perguruan tinggi dalam merumuskan kebijakan strategis dan mendorong
kemajuan di berbagai sektor, termasuk karantina dan perlindungan komoditas.
“Saya meyakini bahwa dengan dukungan dari
perguruan tinggi seperti Unhas, Indonesia akan semakin tangguh dalam menghadapi
tantangan global. Kolaborasi ini akan memperkuat sistem karantina nasional
serta meningkatkan daya saing produk-produk kita di pasar internasional. Ini
bukan hanya soal kerja sama kelembagaan, tetapi juga bentuk investasi masa
depan untuk kemandirian dan ketahanan bangsa,” jelas Sahat.
Melalui kerja sama ini, kedua pihak
berkomitmen membangun sinergi berkelanjutan untuk mendorong riset-riset
aplikatif dan peningkatan kapasitas SDM yang relevan dengan tantangan karantina
di masa depan.
Sebagai bentuk implementasi dari MoU, juga
dilakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Barantin dengan empat fakultas
yang relevan, yakni Fakultas Kedokteran, khususnya Kedokteran Hewan, Fakultas
Pertanian, Fakultas MIPA dan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. (kia)
