-----
PEDOMAN KARYA
Sabtu, 02 Agustus 2025
Kisah Nabi Muhammad SAW (18):
Muhammad Ikut
Berperang pada Perang Fijar
Penulis: Abu Hasan Ali An-Nadwi
Abu Thalib segera melaksanakan apa yang
disarankan oleh Buhaira, karena peringatan itu memang beralasan.
Segera, setelah Abu Thalib dan Muhammad
meninggalkan rumah Buhaira, datanglah tiga orang ahli kitab bernama Zurair,
Daris, dan Tammam kepada Buhaira. Ketiganya menyandang senjata di pinggang.
Mereka bertanya kepada Buhaira apakah ia juga melihat seorang anak dengan
ciri-ciri seperti ini dan itu.
Buhaira tahu bahwa mereka mencari
Muhammad. Rupanya, ketiga orang ini juga telah mendengar tentang Muhammad.
Buhaira memandang senjata-senjata yang mereka bawa dengan perasaan ngeri.
Buhaira tahu mereka mencari Muhammad
dengan maksud membunuhnya. Oleh karena itu, Buhaira berusaha memberikan
perlindungan kepada Muhammad.
Tidak henti-hentinya Buhaira menasihati
ketiga tamunya akan adanya kekuasaan Allah. Diingatkannya bahwa bagaimanapun
usaha mereka, mereka tidak akan mampu mendekati Muhammad untuk membunuhnya.
Akhirnya, ketiganya pun melihat kebenaran
dalam perkataan Buhaira. Batallah niat mereka untuk mengejar dan membunuh
Muhammad, kemudian berlalulah mereka dari hadapan Buhaira.
Allah menjaga Muhammad dari kejahatan dan
kotoran-kotoran jahiliyah. Allah membimbing Muhammad tumbuh menjadi orang yang
paling ksatria, paling baik akhlaknya, paling mulia asal-usulnya, paling baik
pergaulannya, paling agung sikap santunnya, paling murni kejujurannya, paling
jauh dari keburukan dan akhlak yang mengotori kaum lelaki, sehingga semua orang
menjulukinya “Al Amin”, karena Allah mengumpulkan sifat-sifat itu pada diri
Muhammad.
Kelak setelah menjadi Rasul, Muhammad
bercerita tentang perlindungan Allah kepadanya sejak masa kecil dari segala
bentuk kejahiliyahan.
Rasulullah bersabda, “Pada masa kecilku,
aku bersama anak-anak kecil Quraisy mengangkut batu untuk satu permainan yang
biasa dilakukan anak-anak. Semua dari kami melepas baju untuk alas di atas
pundak (sebagai ganjalan) untuk memikul batu.”
Beliau kemudian melanjutkan dengan
mengatakan, “Aku maju dan mundur bersama mereka. Namun, tiba-tiba seseorang
yang belum pernah aku lihat sebelumnya menamparku dengan tamparan yang amat
menyakitkan. Ia berkata, kenakan pakaianmu! Kemudian, aku mengambil pakaianku
dan memakainya. Setelah itu, aku memikul batu di atas pundakku dengan tetap
mengenakan pakaian dan tidak seperti teman temanku.”
Membantu Paman
Muhammad juga pernah menjadi gembala
sewaan, untuk membantu Abu Thalib yang hidup dalam kemiskinan
Perang Fijar
Sebagai seorang remaja yang tumbuh di
lingkungan Jazirah Arab, Muhammad juga mengalami perang. Perang itu disebut
Perang Fijar. Saat peperangan dimulai, umur Muhammad memasuki lima belas tahun.
Perang itu sendiri disebabkan sebuah pembunuhan.
Barradz bin Qois dari Bani Kinanah
membunuh Urwa Ar-Rahhal bin Utba dari Bani Hawazin, hanya karena Barradz
jengkel ketika Urwa dipilih untuk memimpin kafilah dagang Nu’man bin Mundhir
yang kaya.
Diam-diam, Barradz mengikuti kafilah Urwa
dari belakang dan membunuh Urwa, padahal ketika itu adalah bulan suci, bulan
yang tidak diperkenankan bagi siapa pun untuk menumpahkan darah.
Karena Quraisy pelindung Barradz, Bani
Hawazin mengumumkan perang terhadap Quraisy untuk membalas kematian Urwa.
Perang pun pecah pada bulan suci. Selama empat tahun berturut-turut, kedua
belah pihak saling menyerang.
Dalam pertempuran itu, awalnya Muhammad
bertugas memunguti anak panah lawan yang berjatuhan dan memberikannya kepada
paman-pamannya. Namun, pada tahun-tahun berikutnya, dia juga meluncurkan panah
ke arah lawan untuk melindungi paman-pamannya.
Perang pun berakhir dengan perdamaian ala
pedalaman: pihak yang menderita lebih sedikit korban manusianya harus membayar
ganti rugi kepada pihak lainnya sejumlah selisih kelebihan korban. Dalam hal
ini, pihak Quraisy yang lebih sedikit menderita korban harus membayar kelebihan
korban sebanyak dua puluh orang Hawazin.
Barradz bin Qois
Barradz bin Qois, si penyebab Perang
Fijar, adalah seorang pemabuk. Karena merusak citra sukunya, dia diusir dan
mendapat naungan suku lain. Namun di sana, dia juga mabuk berat dan membuat
onar kemudian diusir lagi.
Akhirnya, Harb bin Muawiyah, ayah Abu
Sofyan, menampungnya walaupun hampir saja Barradz bin Qois diusir lagi, karena
terus berbuat onar.
Dikarenakan perlindungan Harb dari Quraisy inilah, Bani Hawazin menyerang Quraisy ketika Barradz bin Qois membunuh Urwa bin Utba. (bersambung)
-----
Kisah sebelumnya:
Pendeta Buhaira Sarankan Abu Thalib Jaga Muhammad dari Orang-orang Yahudi
