Pasirputih Lombok Utara Tampil di Shhh Silent Film Festival Ke-7 di Belgia

Pasirputih diundang untuk menampilkan Proyek Waran, sebuah eksplorasi lintas medium yang mengangkat cerita rakyat Lombok Utara dalam format lecture performance, musik live, dan film komik, dalam Shhh Silent Film Festival edisi ke-7, sebuah festival unik yang memadukan kecintaan pada sinema bisu dan laut yang digelar di kota pesisir Oostende, Belgia, Jumat dan Sabtu, 26-27 September 2025. (ist)

 

-----

Selasa, 30 September 2025

 

Pasirputih Lombok Utara Tampil di Shhh Silent Film Festival Ke-7 di Belgia

 



OOSTENDE, BELGIA, (PEDOMAN KARYA). Kolektif budaya Pasirputih dari Lombok Utara mendapat kehormatan untuk tampil dalam Shhh Silent Film Festival edisi ke-7, sebuah festival unik yang memadukan kecintaan pada sinema bisu dan laut yang digelar di kota pesisir Oostende, Belgia.

Festival yang diselenggarakan oleh Monokino ini menghadirkan seniman film eksperimental dari berbagai negara, termasuk Indonesia dan Tanzania.

Shhh Silent Film Festival 2025 menghadirkan ragam ekspresi seni internasional melalui lecture performance, sinema eksperimental, pertunjukan musik langsung, hingga teknologi visual kontemporer.

Dalam festival ini, Pasirputih diundang untuk menampilkan Proyek Waran, sebuah eksplorasi lintas medium yang mengangkat cerita rakyat Lombok Utara dalam format lecture performance, musik live, dan film komik.

Dua cerita rakyat penting dihadirkan, yaitu Amaq Tebobong Lekong, Jumat, 26 September 2025, pukul 21:00 di Projectvierennegentig, serta Batu Tinjang, Sabtu, 27 September 2025, pukul 16:00 di Thermae Palace.

Pertunjukan diperkaya dengan kehadiran Ibu Saadah dan Martini Supiana sebagai pendongeng, diiringi musik tradisional oleh Muhammad Rizal, disutradarai oleh Alya Maolani, serta diproduksi dan dimontase oleh Muhammad Sibawaihi.

Proyek Waran sendiri lahir dari upaya panjang Pasirputih dalam mengarsipkan dan mengalihwahanakan cerita rakyat Lombok Utara menjadi buku komik dan film komik, dengan misi menjembatani tradisi lisan, teknologi digital, dan praktik seni kontemporer.

Penampilan Pasirputih mendapatkan apresiasi tinggi dari penonton festival. Banyak yang terkesan dengan kekuatan narasi tradisional yang disampaikan langsung oleh pendongeng Lombok, berpadu dengan musik dan audio-visual atmosferik.

Pendekatan unik ini menyentuh emosi penonton dan membuka wawasan baru terhadap kekayaan budaya lisan Indonesia, menjadikannya salah satu momen paling dikenang di festival tahun ini.

Shhh Silent Film Festival bukan sekadar selebrasi sinema bisu, melainkan ruang perjumpaan lintas budaya. Edisi kali ini mengangkat tema “explicator” – narator atau pendongeng yang dahulu mengiringi film bisu – dan menunjukkan bagaimana tradisi tersebut tetap hidup dalam bentuk pertunjukan seni hari ini.

Pasirputih adalah kolektif budaya yang berbasis di Pemenang, Lombok Utara. Melalui Proyek Waran, Pasirputih telah mendokumentasikan 27 cerita rakyat Lombok Utara dan mengalihwahanakan 15 di antaranya ke dalam buku komik dan film komik.

Proyek ini melibatkan kolaborasi seniman lintas disiplin – dari sutradara, musisi, komikus, perupa, hingga para pewaris tradisi lisan (pewaran).***


1 Komentar

  1. Selamat kpd pasir putih karya anak lombok utara atas karya seninya the best😊

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama