-----
Selasa, 20 Mei 2025
Prof Budu:
Kebangkitan Ditandai dengan Kampus sebagai Pusat Solusi Persoalan Bangsa
MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA).
Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) yang diperingati setiap 20 Mei bukan
sekadar peristiwa historis berdirinya organisasi Boedi Oetomo pada tahun 1908.
Di tengah tantangan zaman yang kian kompleks, kebangkitan hari ini harus
dimaknai secara lebih kontekstual. Kebangkitan nasional saat ini terletak pada
kekuatan ilmu, teknologi, dan inovasi sosial.
“Jika dahulu kebangkitan ditandai dengan
semangat melepaskan diri dari penjajahan, kini kebangkitan adalah bagaimana
kampus dan dunia pendidikan mampu menjadi pusat solusi atas persoalan bangsa,”
ujar Anggota Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Budu, saat
diminta komentarnya tentang Peringatan Harkitnas, Selasa, 20 Mei 2025.
Budu menyoroti pentingnya mendorong
transformasi pendidikan tinggi agar lebih berdampak nyata bagi masyarakat.
Dalam konteks itu, ia menilai peluncuran program Kampus Berdampak oleh
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) awal Mei
lalu menjadi langkah tepat dalam mengaktualkan semangat Hari Kebangkitan
Nasional.
Program Kampus Berdampak, kata dia,
memperluas peran perguruan tinggi tidak hanya sebagai penghasil lulusan,
melainkan juga sebagai simpul pemecahan masalah sosial. Ia menjelaskan bahwa
program tersebut mendorong kampus agar lebih terhubung dengan dunia kerja,
pemerintah daerah, komunitas, serta mampu menghasilkan riset dan pengabdian
yang solutif.
“Kampus tidak boleh lagi menjadi menara
gading yang terpisah dari masyarakat. Ia harus hadir sebagai pusat kemajuan
peradaban,” tutur Budu yang juga Anggota Badan Pembina Harian (BPH) Unismuh
Makassar.
Budu juga menyinggung masih tingginya
angka pengangguran di kalangan lulusan muda, yang menurutnya menjadi sinyal
bahwa sistem pendidikan belum sepenuhnya adaptif terhadap kebutuhan zaman.
Dekan Sekolah Pascasarjana Unhas itu menyebut pentingnya penyesuaian kurikulum
dan metode pembelajaran yang lebih menekankan pada keterampilan masa depan,
seperti teknologi digital, kecerdasan buatan, dan kepemimpinan sosial.
Dalam program Kampus Berdampak, lanjutnya,
terdapat tiga aspek utama yang diperkuat, yakni pengembangan sumber daya
manusia unggul, penguatan riset berbasis kebutuhan, dan kontribusi nyata kampus
dalam pertumbuhan ekonomi lokal.
Riset-riset kampus, terutama dari bidang
sains dan teknologi terapan, diharapkan dapat langsung dimanfaatkan masyarakat,
baik dalam bentuk inovasi produk maupun sebagai dasar penyusunan kebijakan
publik.
Menurut Budu, makna kebangkitan yang
sejati adalah ketika ilmu pengetahuan dan etika sosial berjalan beriringan.
“Kita tidak bisa bicara kemajuan tanpa
tanggung jawab. Kampus yang berdampak adalah wajah baru kebangkitan nasional
hari ini,” kata Budu yang mantan Dekan Fakultas Kedokteran dan kini menjabat Dekan
Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin (Unhas).
Bagi Muhammadiyah, ia menambahkan, nilai
kebangkitan selalu ditautkan dengan ikhtiar mencerdaskan dan memajukan
kehidupan umat. Maka dari itu, arah kebijakan pendidikan tinggi ke depan harus
mampu mendorong lahirnya pemimpin-pemimpin intelektual yang tidak hanya unggul
secara akademik, tetapi juga memiliki kepekaan sosial yang tinggi.
“Boedi Oetomo menyerukan pentingnya
pendidikan untuk membebaskan rakyat dari kebodohan. Kini, kita perlu menyerukan
pentingnya pendidikan tinggi yang berkeadilan dan berdampak bagi seluruh rakyat
Indonesia,” kata Budu. (kia)
