-----
PEDOMAN KARYA
Ahad,
09 November 2025
Catatan
dari Rakernas II Majelis Tabligh Muhammadiyah (3):
Gerakkan
Ekonomi Umat Lewat Koperasi Masjid
Oleh: Asnawin
Aminuddin
(Wakil
Ketua Majelis Tabligh Muhammadiyah Sulsel)
Gagasan
tentang masjid berkemajuan mengalir deras dari para tokoh Muhammadiyah, dari
pentingnya fungsi dakwah dan literasi sebagaimana disampaikan Ketua Pimpinan Pusat
Muhammad KH Saad Ibrahim dan Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Ustadz
Adi Hidayat, serta masjid harus multifungsi, bukan sekadar ritual peribadatan
dari Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah KH Fathurrahman Kamal.
Percakapan
berikutnya di forum Rakernas II Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, di
Kusuma Agrowisata Resort & Convention, Kota Batu, Jawa Timur, 24-26 Oktober
2025, mengalir ke ranah yang lebih luas: ekonomi umat.
Masjid,
yang selama ini dikenal sebagai pusat ibadah dan dakwah, kini didorong menjadi
pusat kekuatan ekonomi yang menyejahterakan jamaah dan masyarakat.
Menteri
Koperasi dan UKM RI, Feri Julianto, hadir di Rakernas menyampaikan pandangan
strategis tentang arah ekonomi nasional dan peran penting umat Islam dalam
membangun kemandirian ekonomi berbasis masjid.
Ia
menegaskan, arah kebijakan ekonomi yang kini dijalankan pemerintah merupakan
kelanjutan dari cita-cita para pendiri bangsa.
“Saya
membaca pikiran presiden. Beliau ingin melanjutkan cita-cita para pendiri
bangsa. Apalagi, kakek beliau, Pak Kertonegoro, merupakan sahabat baik Haji
Agus Salim. Dari naskah akademik dan buku-buku diketahui bahwa Bung Hatta dan
Haji Agus Salim menjadi rujukan Presiden untuk mengembalikan arah ekonomi
Indonesia sesuai cita-cita para pendiri republik,” ujar Feri.
Program
penguatan ekonomi rakyat yang dijalankan pemerintah saat ini masih bersifat
kuantitatif, namun akan terus ditingkatkan ke arah kualitatif dengan dukungan
semua pihak.
“Kita
akan memiliki 80.000 outlet, 80.000 apotek, 80.000 klinik, 80.000 unit
perkreditan, dan 80.000 kendaraan logistik di desa. Ini kekuatan ekonomi besar
yang, jika dijalankan dengan pondasi yang benar seperti disampaikan Ustaz
Hidayat, akan menjadi kekuatan ekonomi bangsa,” papar Feri.
Menurutnya,
membangun kekuatan ekonomi nasional memerlukan ekosistem yang sehat dan
berkelanjutan. Di sinilah peran masjid menjadi sangat penting — bukan hanya
sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai bagian integral dari ekosistem
ekonomi umat.
“Saya
sudah mulai didatangi oleh para pelaku ritel modern yang khawatir karena
titik-titik koperasi desa ini akan berdiri. Tapi ini bukan perlawanan,
melainkan hak kita, terutama umat Islam, untuk berjuang,” tegasnya.
Feri
menekankan, umat Islam tidak cukup hanya membangun pesantren, rumah sakit, atau
universitas tanpa menguasai sektor perdagangan.
“Kalau
sektor perdagangannya bukan kita yang kuasai, maka habis sudah. Setelah ini,
kita harus kembali ke urusan perdagangan. Urusan bisnis juga bagian dari
perjuangan umat Islam. Itulah yang dulu dilakukan Syarikat Dagang Islam (SDI),
di mana Kiai Ahmad Dahlan menjadi bagian dari kekuatan yang diperhitungkan
semua pihak,” terangnya.
Lebih
lanjut, Feri menilai bahwa gagasan menjadikan komunitas masjid sebagai basis
ekonomi umat merupakan momentum besar yang harus segera diwujudkan.
“Kami
di Kementerian Koperasi mendukung seribu persen pendirian koperasi-koperasi
masjid,” ujarnya penuh semangat.
Dalam
kesempatan tersebut, Feri hadir bersama Arif Permana, Direktur Syariah Lembaga
Pengelola Dana Bergulir (LPDB). Arif menjelaskan bahwa LPDB siap menjadi mitra
pendanaan bagi koperasi masjid.
“Kami
memiliki BLU LPDB yang tugasnya membiayai koperasi. Jadi, jika forum ini mulai
menginisiasi koperasi-koperasi masjid, dengan senang hati LPDB akan memberikan
pembiayaan dan pendampingan bisnis agar koperasi masjid bisa berkembang menjadi
kekuatan ekonomi baru,” jelas Arif.
Koperasi
Masjid
Menteri
Koperasi dan UKM, Feri Julianto mengungkapkan bahwa Presiden telah memberikan
perhatian besar terhadap kebangkitan koperasi nasional. Dalam waktu dekat,
pemerintah menargetkan pembangunan fisik dan gerai koperasi desa berlabel Merah
Putih yang didukung penuh oleh berbagai kementerian dan lembaga.
“Setiap
koperasi desa akan mendapatkan Rp3 miliar, sebagian untuk membangun fisik,
sebagian untuk modal kerja. Hal ini sudah dituangkan dalam Surat Keputusan
Bersama empat menteri, dan diperkuat dengan Instruksi Presiden,” katanya.
Ia
menambahkan bahwa kolaborasi lintas kementerian, termasuk dukungan TNI, akan
mempercepat realisasi program tersebut.
“Ini
momentum luar biasa. Presiden dengan tegas berkata, ‘Saya dasarnya Pasal 33,
lawan saya keserakahan dan komersialisme.’ Tugas Menteri Koperasi adalah
menerjemahkan itu dalam kebijakan nyata,” ungkap Feri.
Dalam
semangat yang sama, ia mengajak seluruh peserta Rakernas untuk memanfaatkan
momentum kebangkitan ekonomi umat melalui pendirian koperasi masjid. Ia bahkan
mencontohkan Malaysia yang telah memulai gerakan serupa di bawah kepemimpinan
Perdana Menteri Anwar Ibrahim.
“Saya
sampaikan ke Ustadz Adi (Hidayat), dan beliau menjawab, inilah saatnya, ayo
bangun koperasi masjid di Indonesia. Kami semua siap turun tangan mendukung,” ungkap
Feri.
Menutup
pidatonya, Menteri Koperasi dan UKM menyampaikan optimisme bahwa jika umat
Islam mampu menjadikan masjid sebagai pusat kekuatan ekonomi, maka kemandirian
bangsa akan kembali terwujud.
“Kalau kita mampu membuat contoh dan model koperasi masjid yang berhasil, saya yakin ekonomi bangsa akan kembali berwibawa. Inilah saatnya umat menjadi pelaku utama dalam kebangkitan ekonomi nasional,” kata Feri. (bersambung)
.....
Tulisan Bagian 2: Hadirkan Masjid di Dunia Literasi
