SD Inpres Lantebung, Sekolah “Terabaikan” di Makassar


BERMAIN. Sejumlah murid SD Inpres Lantebung tampak antusias bermain bersama kakak-kakak dari Komunitas #ObatManjur (Orang Hebat Main Jujur), di sekolah tersebut, Sabtu, 03 Maret 2018. (Foto: Rusdin Tompo)









-------
Selasa, 13 Maret 2018


SD Inpres Lantebung, Sekolah “Terabaikan” di Makassar


MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Sekolah Dasar (SD) Inpres Lantebung Makassar boleh dikata tergolong sekolah yang terabaikan. Kondisi sekolah yang terletak di daerah pinggiran dan jauh dari pusat keramaian kota itu memang agak memprihatinkan, karena fasilitas, sarana, dan prasarana yang ada memang kurang memadai.
Sekolah yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari Jalan Tol Ir Sutami dan terletak di Kelurahan Bira, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar, tidak memiliki pagar dan hanya memanfaatkan sisa bangunan yang roboh sebagai pagar pembatas antara sekolah dengan rumah warga di sekitarnya.
“Jadi kami biarkan saja berdiri sebagai pembatas, supaya kami juga mudah mengawasi anak-anak,” ungkap Kepala Sekolah SD Inpres Lantebung, Dra Sri Hartiah MPd, dalam bincang-bincang dengan beberapa anggota Komunitas #ObatManjur (Orang Hebat Main Jujur) yang tergabung dalam RELASI (Relawan Antikorupsi), di SD Inpres Lantebung, Makassar, Sabtu, 03 Maret 2018.
Murid-murid yang berjumlah 228 orang, katanya, hanya memanfaatkan lapangan berbatu yang disana-sini ditumbuhi rumput, untuk berolahraga dan bermain, sehingga sangat tidak nyaman dan juga tidak aman. Lapangan itu juga sekaligus dimanfaatkan sebagai tempat upacara.
Sri Hartiah yang sudah dua tahun bertugas sebagai kepala sekolah di SD Inpres Lantebung, mengatakan, sekolahnya juga membutuhkan bantuan buku-buku bacaan untuk anak-anak, terutama tema-tema lokal untuk menambah referensi dan koleksi perpustakaannya.
Tantangan lain yang dihadapi ditetapkannya SD Inpres Lantebung sebagai Sekolah Adiwiyata, yang mengharuskan sekolah tersebut hijau, asri, dan indah.
“Bagaimana pohon-pohon dan bunga-bunga bisa tumbuh kodong, kalau tanaman kami selalu dimakan hewan peliharaan warga,” ungkap Ibu Sri, sapaan akrab Sri Hartiah.

Putus Sekolah

Saraba, salah seorang pria warga yang menetap di Lantebung, Kelurahan Bira, Kecamatan Tamalanrea, mengatakan, murid-murid SD Inpres Lantebung kebanyakan dari keluarga nelayan dan buruh gudang.
Setelah tamat SD, sebagian dari mereka cenderung putus sekolah. Selain alasan motivasi dan ekonomi, juga karena akses ke sekolah lanjutan relatif jauh.
“Ada SMP Negeri 31 di sekitar sini, tapi aksesnya jauh. Anak-anak mesti mutar-mutar untuk sampai ke sana,” kata Saraba. (rt/win)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama