Mengapa Banyak Orang Pindah Kerja?


Sangat penting bagi seorang pimpinan berlaku adil dan proporsional dalam menjalankan kepemimpinannya, terutama terkait dengan perlakuan terhadap karyawannya.”

- Dr Abdul Rakhim Nanda - 
(Wakil Rektor 1 Universitas Muhammadiyah, Makassar)






----------
PEDOMAN KARYA
Kamis, 15 Agustus 2019


Mengapa Banyak Orang Pindah Kerja?


(Turnover Intention Berdasarkan Kajian Al-Qur’an)


Oleh: Abdul Rakhim Nanda

Kurniawaty (2019), melakukan sebuah riset tentang fenomena tingginya keinginan karyawan untuk keluar dari suatu perusahaan dan pindah ke perusahaan lain yang lebih dikenal dengan istilah turnover intention.

Fenomena tersebut menjadi perhatian khusus bagi peneliti oleh karena dapat berisiko hilangnya karyawan yang potensial bagi sebuah perusahaan terutama turnover yang disebabkan oleh karyawan itu sendiri (voluntary turnover).

Menurut periset ini, jika manajemen sebuah perusahaan disibukkan dengan keluar masuknya karyawan, maka akan memengaruhi efisiensi perusahaan secara keseluruhan. Karena itu, kata periset ini, perusahaan harus dapat mengendalikan tingkat turnover karyawan agar dapat menghemat biaya, waktu, dan terutama tetap menjaga kelangsungan operasional perusahaan.

Berdasarkan kajian terhadap al-Qur’an, ada beberapa kondisi yang dapat menjadi alasan mengapa seseorang dapat mengambil keputusan untuk melakukan tindakan turnover intention. Hal ini dapat dikaji melalui beberapa ayat yang terdapat dapal Al-Qur’an.

Untuk Kesejahteraan Generasi

Adalah hal yang manusiawi bagi orang-orang yang memiliki pandangan yang jauh tentang masa depan, memikirkan akan eksistensi dan peranan generasi pelanjutnya pada zaman mereka masing-masing.

Hal ini mendorong seseorang (orang tua) lebih dini merancang masa depan generasi pelanjutnya. Dari sudut pandang kesejahteraan, maka di antara faktor yang menjadi kekhawatiran atas generasi pelanjut adalah faktor ekonomi, selain faktor-faktor lain seperti pendidikan, akhlaq, dan sebagainya.

Hal ini sejalan juga dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an, Surah An-Nisa, ayat 9, yang artinya, “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”

Ketika seseorang bekerja pada suatu instransi, perusahaan, atau tempat kerja lainnya lalu mereka memperoleh penghasilan pas-pasan, tentu mereka tidak punya kemampuan untuk menginvestasi untuk (kesejahteraan) masa depan generasinya. Kondisi ini akan mendorong seseorang akan mencari tempat kerja yang lebih memungkinkan mendapatkan ekspektasinya.  

Untuk Keseimbangan Hidup Dunia dan Akhirat

Sebahagian orang yang telah memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat akan merasa tidak nyaman bila di tempat kerja mereka tidak disiapkan sarana ibadah dan atau tidak diberi kesempatan khusus pada waktu-waktu tertentu untuk melakukan ibadah.

Kesadarannya tentang keseimbangan kehidupan tersebut bisa lahir dari dorongan akan pemahamannya tentang firman Allah SWT dalam Al-Qur’an, Surah Al-Qashash, ayat 77.

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Ayat ini mendorong kesadaran untuk tidak mengesampingkan kepentingan kesejahteraan (keselamatan) hidup di negeri akhirat, setelah kita kembali ke sana nanti.

Hal ini merupakan tanggung jawab sekaligus konsekwensi sebuah kehidupan yang memiliki keyakinan akan adanya negeri akhirat, tempat kembali untuk mempertanggung-jawabkan amalan-amalan yang pernah kita perbuat selama hidup, termasuk meniti karier harus tetap dapat dipertanggung-jawabkan.

Ketika sebuah instansi atau perusahaan tidak memenuhi kebutuhan tersebut, maka ini dapat mendorong seseorang untuk mencari tempat kerja yang lain yang dapat memenuhi tuntutan batinnya itu.

Mengubah Kondisi (Nasib) Keluarga

Ada pula kondisi dimana seseorang mencoba untuk konsisten dan setia menjalankan tugasnya pada tempat dimana ia bekerja dan dapat dikategorikan benar-benar sudah bekerja secara professional.

Sayangnya, sikap dan konsistensinya tidak mendapatkan respon yang positif dari pimpinan instansi atau perusahaan berupa penghargaan (reward) yang tidak sepadan, sementara kebutuhan akan ekspektasinya dalam merencanakan hidupnya tidak terpenuhi, maka ia tentu akan berupaya akan mencari jalan keluar untuk memperbaiki kondisinya, atau setidaknya untuk memelihara kondisi psikologisnya (baca: memelihara keikhlasannya) yang sudah merasa terganggu oleh suasana kerja yang tidak adil bagi dirinya.

Kondisi ini akan mendorong seseorang akan bertindak atas kesadarannya untuk mencari perbaikan nasibnya. Ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an, Surah Ar-Ra’ad, ayat 11, yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”

Intervensi Kekuasaan Yang Tak Terkontrol

Adalah tabiat manusia jika diberi anugrah kemuliaan (berupa pangkat, jabatan, dan kekayaan), maka kemuliaan itu seolah-olah memang pantas diberikan kepadanya dan tidak pantas untuk orang lain.

Allah SWT mengingatkan dengan firma-Nya dalam Al-Qur’an, Surah Al-Fajr, ayat 15 dan 16, yang artinya, “Adapun manusia apabila Tuhan-nya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata, Tuhanku telah memuliakanku. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya, maka dia berkata, Tuhanku menghinakanku.”

Ayat ini mengingatkan kepada kita bahwa jika manusia dihinggapi perasaan bahwa dirinya yang dimuliakan tetapi tidak diiringi dengan rasa syukur kepada Allah yang mengujinya dengan kemuliaan itu, maka tabiat ini dapat menjadikan sesorang memandang hina orang-orang yang ada di sekitarnya dan sangat sulit untuk menghargai orang di bawahnya.

Kondisi seperti ini dapat menimbulkan ketidak-nyamanan bekerja bagi karyawan yang menimbulkan stress kerja, dan tentu saja akibat selanjutnya adalah menimbulkan keinginan untuk meninggalkan suasana kerja seperti ini dan beralih (mencari) tempat kerja yang baru yang sesuai dengan ekspektasinya.

Jika sebuah institusi, instansi, atau perusahaan tidak mengenal tabiat dan tidak menilai objektif kinerja orang-orang yang bekerja di dalamnya, hal ini dapat mengakibatkan lahirnya perlakuan pimpinan yang tidak proporsional dan tidak adil, sehingga dapat mendorong lahirnya keinginan kuat bagi pegawai atau karyawannya untuk mencari tempat yang lebih layak baginya dan sesuai dengan ekspektasinya.

Jika diperhatikan ayat-ayat tersebut, maka dapat dipahami bahwa  dorongan bagi seseorang untuk memiliki keinginan berpindah (turnover intention) secara umum adalah ketidak-sesuaian antara ekspektasi seseorang dengan kondisi tempat mereka bekerja.

Untuk itu sangat penting bagi seorang pimpinan berlaku adil dan proporsional dalam menjalankan kepemimpinannya, terutama terkait dengan perlakuan terhadap karyawannya. (Penulis, Dr Abdul Rakhim Nanda, adalah Wakil Rektor 1 Universitas Muhammadiyah, Makassar)

------
Baca juga:

Balasan Allah untuk Orang-orang Taqwa (5)

Suami Istri Dosen Unismuh Raih Doktor Bersamaan

Rakhim Nanda, KH Djamaluddin Amien, dan Kebahagiaan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama